BEBERAPA MODEL TERAPI
A.
Pendahuluan
Setiap mahluk
hidup di permukaan bumi memiliki masalah nya tersendiri yang mampu membuat
fikiran seseorang setres akan beban fikiran dan masalh yang sedang dialaminya
dan membutuhkan terapi (penenang) agar mampu mengurangi dampak setres yang
sedang dialaminya.
Berbagai macam
model terapi diciptakan manusia didunia, dan dalam islan juga memiliki model terapi
seperti peningkatan Taqwa dan ibadah yang dapat menjadi model terapi didalam
islam.
Dan ada beberapa
ayat yang dapat menjelaskan proses terapi yang ada didalam islam tersebut
yaitu:
1.
Al Anfal 29
2.
Al ahzab 70-71
3.
Al Hadid 28
4.
At talaq 4-5
5.
Al baqarah 183
6.
Al baqarah 186
7.
Al baqarah 197
8.
At taubah 103
9.
Al Ma’arij
19-34
B.
Peningkatan
Taqwa
Model terapi yang
pertama adalah peningkatan Taqwa, peningkatan Taqwa disini seperti mengatakan
perkataan yang benar, meninggalkan maksiat menjauhi hal-hal yang batil maka
Allah akan memperbaiki setiap amalan yang kita perbuat, dan kita mampu
membedakan antara kebaikan dan kejahatan, sehingga mampu membuat kita semakin
dekat dengan Allah.
1.
Al anfal 29
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَتَّقُواْ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّكُمۡ فُرۡقَانٗا
وَيُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ
ٱلۡعَظِيمِ ٢٩
29. Hai orang-orang
beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu
Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Tafsir
Hai orang-orang yang beriman, apabila
kalian bertaqwa kepada rabb kalian dengan menaatinya dan meninggalkan maksiat
terhadapnya, niscaya dia memuliakan kalian dengan cahaya dihati kalian, yang
melalui cahaya itu kalian bisa mengenali kebenaran sehingga kalian
mengtahuinya, juga mengenali kebenaran sehingga kalian mengikutinya. Kalian
juga mampu membedakan antara kebaikan dan kejahatan dengan mata hati yang
tembus pandang, intelektualtas yang kuat, dan pertimbangan yang cerdas.
Sedangkan orang fasik sanubarinya
redup, hatinya buta, dan pemahamannya tentang dinding. Sebab, karat-karat
pelanggaran menempel pada hatinya dan penyakit menguasai hatinya.
Dengan ketaqwaan, Allah menghapus
dosa-dosa yang terdahulu dan memaafkan segala kesalahan yang telah lalu karena
karunia Allah sangat besar, sangat agung dan merata. Untuk itu, manusia di
haruskan menyesal dan merahasiakan segala dosa dan kesalahannya.[1]
Tafsir
29. Perang badr
disebut al furqan di kalangan ahli agama kaum muslimin, sebab dengan
jalan peperangan,itu merupakan cobaan kekuatan yang pertama dalam Islam, antara
kekuatan kebaikan dengan kejahatan. Kejahatan dihancurkan, orang yang
benar-benar beriman sedang diuji dan disaring dari orang yang tidak cukup
beriman dalam mengikuti panji iman. [2]
Tafsir
Mengajarkan cara terbaik memelihara
amanat, menghindari penghianatan, dan keluar dari kebingungan. Ayat tersebut
menyampaikan kepada orang-orang beriman bahwa jika kamu senantiasa melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, niscaya dia akan memberikan kepadamu furqan
dan menutup kesalahan-kesalahan kamu sehingga tidak ditampakkan didunia dan
ditutupi-Nya di akhirat sehingga Allah swt. Tidak menuntut pertanggungjawaban
kanu, juga dia akan mengampuni dosa-dosa kamu. Allah swt, adalah pemilik
anugerah yang agung sehingga dengan karunia-Nya itu, Dia dapat menganugerahkan
lebih dari pada yang disebut diatas. [3]
Asbabun Nuzul
Tidak Ada
Korelasi
Jadi, dalam surah
Al-Anfal 28 ini memerintahkan untuk bertakwa kepada Allah sebagai metode terapi
yang dianjurkan dalam Islam, Karena Apabila sudah bertakwa maka Allah akan
memberikan Furqan dimana mampu membantu kalian untukmembedakan mana kebaikan
dan kejahatan dan juga Allah akan mengampuni dosa-dosamu.
Analisis
Menurut pemakalah Al Anfal 28 ini memberitahu agar manusia bertakwa
agar kalian mendapat ketenangan hidup, dan ketenangan hidup yang dimaksud
disini ialah; mampu membedakan antara kebaikan dan kejahatan dan Allah pun akan
memelihara kita. Dan Allah juga akan mengampuni dosa-dosa kita.
2.
Al ahzab 70-71
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠
يُصۡلِحۡ لَكُمۡ
أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ
فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١
70. Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
71.
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar.
Tafsir
Wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan cara melaksanakan hal
yang diperintahkan dan meninggalkan hal yang dilarang serta tulus ikhlas
menaati Allah dan benar dalam mengikuti Rasul-Nya s.a.w. Katakanlah pula
perkataan yang benar, jujur, lurus, dan bersih dari dusta, kepalsuan, dosa, dan
kebathilan dalam segala urusan dan keadaanmu.
Jika kalian telah bertakwa kepada Allah
dengan sebenar-benarnya takwa dan berkata benar
dan lurus maka Allah akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan
mengampuni dosa-dosa kalian. Ayat ini menunjukkan betapa besarnya dampak
perkataan dalam satu amalan dan mengisyaratkan kewajiban menjaga lidah.
Barangsiapa taat kepada Allah dengan mengamalkan syariat-Nya serta taat kepada
Rasul s.a.w dengan mengikuti sunnahnya maka sesungguhnya dia telah memperoleh
kemuliaan, keberuntungan, keridhaan dan kenikmatan. [4]
Tafsir
70. Kita tidak
hanya harus mengatakan yang benar sepanjang apa yang kita ketahui, tetapi kita
harus selalu berusaha langsung pada sasaran, yakni tidak bicara yang tidak pada
tempatnya, dan kalau kita bicara, jangan bertele-tele, tetapi langsung saja
pada yang dituju, dalam perbuatan dan dalam kata-kata. Allah akan membuat
tingkah laku kita menjadi benar dan menyembuhkan segala cacat kita yang mungkin
ada didalam pengetahuan dan watak kita. Dengan usaha kita langsung pada
sasaran, segala kesalahan, kekurangan, kekhilafan dan dosa kita masa lampau
akan diampuni.
71. yakni
keselamatan, atau tercapainya keinginan atau cita- cita kita yang sesungguhnya,
setelah kita memasuki jalan yang akan mendekatkan diri kita kepada Allah. [5]
Tafsir
Seteleh melarang mengucapkan
kebohongan dan tuduhan palsu, Alah swt. Menyeru dan mengajak orang-orang yang
beriman agar bertakwa kepada Allah swt., yakni melaksanakan perintah-Nya sekuat kemampuan dan menjauhi larangan-Nya
serta mengucapkan perkataan yang tepat. Yakni menyangkut nabi Muhammad saw. Dan
Zainab ra., bahkan dalam setiap ucapan[70]. Jika itu mereka indahkan niscaya,
menurut ayat 71, Allah swt. Memperbaiki dari saat ke saat kualitas
amalan-amalan mereka, yakni dengan jalan mengilhami dan memudahkan mereka
melakukan amalan-amalan yang tepat dan benar. Disamping itu, Allah swt.
Mengampuni dosa-dosa mereka. Memang, tutup ayat 71, siapa menaati Allah st. Dan
Rasul-Nya, maka sungguh ia telah meraih keberuntungan besar, yakni ampunan
surga ilahi. [6]
Asbabun
Nuzul
Tidak Ada
Korelasi
Pada surah Al-ahzab 70-71 dijelaskan
terapi nya ialah dengan melakukan perkataan yang baik karena itu suatu hal yang
diperintahkan Allah sehingga mampu meningkatkan takwa hambanya, apabila sudah
melakukan itu maka Allah akan memperbaiki kualitas amaln-amalannya, dan ia
mendapatkan kemenangan (surga)
Analisis
Menurut pemakalah model terapi kali
ini memerintahkan kita untuk menjaga ucapan dengan cara mengucapkan hal-hal
yyang benar dan tidak bersifat kebohongan atau bertele-tele, dan juga Allah
akan mengilhami mereka dengan kemampuan untuk membedakan yang benar dan jahat,
sehingga mendapatkan surga.
3.
Al hadid 28
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَءَامِنُواْ بِرَسُولِهِۦ يُؤۡتِكُمۡ كِفۡلَيۡنِ
مِن رَّحۡمَتِهِۦ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ نُورٗا تَمۡشُونَ بِهِۦ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۚ
وَٱللَّهُ غَفُورٞ
رَّحِيمٞ ٢٨
28. Hai orang-orang yang
beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada
Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan
menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia
mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tafsir
Wahai
orang-orang yang beriman, merasalah senantiasa diawasi oleh Allah s.w.t dan
takutlah kepada-Nya dengan melaksanakan taat kepada-Nya dan menjauhi maksiat,
niscaya ditulis untuk kalian dua kali lipat rahmat-Nya.
Seruan ini ditujukan kepada
orang-orang yang beriman cahaya untuk mendapatkan petunjuk sehingga mereka bisa
melihat kebenaran. Allah s.w.t juga mengampuni disa-dosa mereka.
Allah s.w.t Maha mengampuni
hamba-hamba yangberbuat kesalahan, Maha penyayang kepada orang-orang yang
bertaubat dan kembali kepada-Nya. [7]
Tafsir
28. masih mengacu
pada orang-orang kristiani dan ahli kitab yang teguh berpegang paa agama mereka
dan masih bersih.
Dua kali bagian
mengacu pada masa lalu dan masa yang akan datang. Seperti disebutkan dalam
catatan akhir diatas, bagian ayat ini ditujukan kepada umat kristiani dan ahli
kitab yang bila dengan jujur mereka
menghadapi persoalan wahyu yang baru dalam Islam itu, akan mereka lihat bahwa
wahyu ini memang menunaikan wahyu-wahyu sebelumnya, dan karenanya mereka
beriman kepada Muhammad Rasulullah, dan berjalan mengikuti cahaya baru itu.
Segala amal mereka sebelum itu diterima sebaaimana mestinya, dan mereka akan
diperlakukan sepenuhnya sama dengan umat baru ini. Inilah bagian mereka yang
dua kali itu, jumlahnya tidak harus melebihi jumlah yang ada pada
saudara-saudara mereka dalam Islam yang tidak melalui pintu lain, tetapi
nilainya juga dua kali lipat.
Karena ini mengacu
pada umat kristiani dan ahli kitab, kata-kata kristus berikut ini dalam
saat-saat akhirnya dapat menarik mereka: “Hanya sedikit waktu lagi terang ada
diantara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya
kegelapan jangan menguasai kamu... percayalah kepada terang itu selama terang
itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian,
Yesus pergi bersembunyi diantara mereka. Cahaya Injil Isa itu segera
menghilang; gerejanya tertutup dalam kegelapan. Kemudian cahaya datang lagi,
dalam cahaya Islam yang lebih terang. Dan mereka diajak percaya caha itu dan
berjalan dalam cahaya itu.
Segala kesalahan
yang pernah mereka lakukan karena tidak tahu atau salah mengerti dalam agama
mereka yang lalu, akan diampuni setelah mereka melihat cahaya yang baru dan
berjalan dengan itu.[8]
Tafsir
Mengajak kaum beriman untuk beribadah secara
baik dan benar sesuai tuntunan Allah swt. Ayat tersebut mengajak orang-orang yang beriman, bertakwa
kepada Allah swt., yakni menghindari jatuhnya siksa dan sanksi Allah atas diri
mereka dan mengajak juga secara khusus agar beriman kepada rasul terakhir.
Kalau itu mereka patuhi, niscaya Allah swt. Memberi mereka dua bagian dari
rahmat-Nya sehingga membentengi mereka dari kebinasaan dan menganugerahi mereka
cahaya yang menerangi langkah-langkah mereka di dunia dan di akhirat serta
mengampuni kesalahan-kesalahan mereka. Allah maha mengampun lagi maha pengasih.[9]
Asbabun
Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim
yang bersumber dari muatil bahwa ketika turun ayat “mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka” , menyombonglah
kaum mikminin dari ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) kepada
sahabat-sahabat Nabi saw. Mereka berkata: “Kami mendapat dua ganjaran,
sedangkan kalian hanya mendapat satu ganjaran”. Ucapan tersebut menyinggung
perasaan para sahabat, maka Allah menurunkan ayat ini yang menjanjikan
perlipatan ganjaran bagi orang yang bertaqwa kepada Allah serta beriman kepada
Rasulnya.[10]
Korelasi
Diperintahkan untuk bertakwa kepada
Allah swt dan Rasul-Nya yakni menghindari jatuhnya siksa dan sanksi Allah atas
diri mereka dan mengajak juga secara khusus agar beriman kepada rasul terakhir.
Kalau itu mereka patuhi, niscaya Allah swt. Memberi mereka dua bagian dari
rahmat-Nya sehingga membentengi mereka dari kebinasaan dan menganugerahi mereka
cahaya yang menerangi langkah-langkah mereka di dunia dan di akhirat serta
mengampuni kesalahan-kesalahan mereka. Dan Seruan
ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman cahaya untuk mendapatkan petunjuk
sehingga mereka bisa melihat kebenaran. Allah s.w.t juga mengampuni disa-dosa
mereka.
Analisis
Jadi pada makalah ini Allah memerintahkan untuk irang
yang beriman maupun tidak beriman untuk bertakwa kepada Allah dan Rasuk-Nya,
untuk orang yang beriman maka Allah akan memberikan cahay ahmat kepadanya dan
menuntun manusia selalu dalam jalan kebenaran bauk dunia dan akhirat, dan juga
para ahli kitab diperintahkan untuk beriman kepada Allah dan rasul terakhir,
maka Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sebelum-sebelunnya.
4.
At talaq 4-5
وَٱلَّٰٓـِٔي يَئِسۡنَ
مِنَ ٱلۡمَحِيضِ مِن نِّسَآئِكُمۡ إِنِ ٱرۡتَبۡتُمۡ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَٰثَةُ
أَشۡهُرٖ وَٱلَّٰٓـِٔي لَمۡ يَحِضۡنَۚ وَأُوْلَٰتُ ٱلۡأَحۡمَالِ أَجَلُهُنَّ أَن
يَضَعۡنَ حَمۡلَهُنَّۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ
مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرٗا ٤
ذَٰلِكَ
أَمۡرُ ٱللَّهِ أَنزَلَهُۥٓ إِلَيۡكُمۡۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يُكَفِّرۡ عَنۡهُ
سَئَِّاتِهِۦ وَيُعۡظِمۡ لَهُۥٓ أَجۡرًا ٥
4. Dan
perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa
iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang
tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah
sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
5. Itulah perintah Allah
yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan
pahala baginya.
Tafsir
Istri-istri
yang sudah tidak mengalami masa haid karena sudah tua (menoupause), yang kalian
ceraikan, apabila kalian ragu tentang masa ‘iddah mereka maka jadikanlah
masa itu selama tiga bulan. Begitu pula istri-istri kalian yang belum mengalami
haid karena masih kecil.
Sedangkan istri yang sedang hamil
masa ‘iddah –nya sampai dia melahirkan kandungannya.
Barangsiapa bertakwa kepada Tuhannya
dengan menjalankan semua yang Dia syariatkan serta meninggalkan semua yang Dia
larang maka Dia akan memudahkan urusannya dan akan melapangkan dadanya.
Wahai kaum muslimin, hukum-hukum ‘iddah
dan perceraian tersebut adalah hukum
Allah yang telah diturunkan kepadammu melalui Rasul-Nya supaya kalian
menerapkannya.
Barangsiapa bertakwa kepada Tuhannya
dengan melaksanakan semua yang Dia wajibkan dan menjauhi semua yang Dia
haramkan maka Dia akan mengampuni dosanya,menutupi aibnya, melipatgandakan
pahalanya, dan memasukkannya ke surga-Nya.[11]
Tafsir
Untuk perempuan
yang biasa, idah tiga kali masa haid bulan setelah berpisah; jika tidak ada haid
atau masa haid itu diragukan, maka tiga bulan kalender. Dengan waktu tersebut
kehamilan akan diketahui. Jika demikian, maka masa tunggu itu tetap sampai masa
melahirkan
Jika memang ada
keinginan yang benar-benar dan ikhlas hendak menaati perintah Allah dan berbuat
baik, segala kesulitan itu akan hilang, dan masalah-masalah rumit pun akan
dapat diatasi untuk kebahagiaan semua.
Ketentuan Allah
tak ada yang sewenang-wenangsemua itu untuk membantu kita dan membimbing kita
kepada yang terbaik, dunia dan akhirat. Jika kita taat kepada Allah,
kebijakan-Nya bukan hanya memcahkan segala kesulitan kita, tetapi juga akan
menghilangkan segala keburukan yang ada pada diri kita, yang subyektif dan
objektif. Bagaikan
gembala yang baik, ia akan membawa kita kepadang rumput yang lebih nyaman.
Dengan setiap langkah kita lebih maju, posisi kita akan lebih pasti dan
ganjaran yang kita terima akan lebih berharga.[12]
Tafsir
Bicara tentang ‘iddah yang harus dijalani oleh kelompok lain yang
perempuan-perempuan. Ayat ini menyatakan bahwa perempuan-perempuan yang dicerai
oleh suaminya, tetapi dia telah memasuki masa menopause. Jika kamu ragu-ragu oleh satu dan lain hal
tentang masa ‘iddah mereka, maka ‘iddah mereka adalah tiga bulan. Sedangkan
perempuan-perempuan yang tidak haid karena belum dewasa, seperti itu juga masa ‘iddah
nya, yakni tiga bulan. Adapun perempuan-perempuan yang hamil, baik yang
cerai hidup maupun cerai karena suaminya wafat, baik Muslimah maupun
non-Muslimah, baik bekas suaminya Muslim maupun bukan, maka batas waktu ‘iddah
mereka adalah sampai mereka
melahirkan kandungan mereka.
Persoalan yang dihadapi suami istri,
apalagi dalam perceraian, sering kali sangat sulit dan berat. Setan pun sering
datang menggoda, karena itu lanjuan ayat ini bagaikan berpesan: Barang siapa
mengabaikan ketentuan-ketentuan ini, maka dia akan mengalami kesulitan dalam
hidupnya, dan barang siapa bertakwa kepada Allah swt. Dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah senantiasa dan bersinambung, sesuai
dengan kesinambungan takwanya, akan menjadikan baginya kemudahan dalam segala
urusannya[4]. Itu, yakni masa ‘íddah yang ditetapkan disini, adalah
perintah Allah swt., bukan perintah siapapun selain-Nya. Perintah Allah yang
diturunkan-Nya kepada kamu, wahai kaum Muslimin, barangsiapa mengabaikan
tuntunan itu ia akan terjerumus dalam kesulitan duniawi dan ukhrawi dan
barangsiapa bertakwa kepada Allah swt., niscaya Allah swt. Akan melimpahkan rahmat
baginya dan akan menghapus kesalahn-kesalahannya serta akan melipat gandakan
pahala baginya. [13]
Asbabun
Nuzul
Tidak
ada
Korelasi
Pembelajaran atas tentang masa ‘iddah,
dimana perempuan-perempuan yang dicerai atau pun ditinggal mati oleh
suaminya, jika perempuan pada umumnya masa iddah nya ialah sampai mereka
melahirkan tetapi bagi wanita tua atau anak-anak diharuskan menunggu 3 bulan
kalender, disitu dapat dilihat apakah ada benih atau tidak didalam rahimnya.
Barangsiapa mengabaikan tuntunan itu ia akan terjerumus dalam kesulitan duniawi
dan ukhrawi dan barangsiapa bertakwa kepada Allah swt., niscaya Allah swt. Akan
melimpahkan rahmat baginya dan akan menghapus kesalahn-kesalahannya serta akan
melipat gandakan pahala baginya.
Analisis
Jadi, pada ayat diatas adalah
pembelajaran atas tentang masa ‘iddah, dimana perempuan-perempuan yang
dicerai atau pun ditinggal mati oleh suaminya, jika perempuan pada umumnya masa
iddah nya ialah sampai mereka melahirkan tetapi bagi wanita tua atau anak-anak
diharuskan menunggu 3 bulan kalender, disitu dapat dilihat apakah ada benih
atau tidak didalam rahimnya.
C.
Peningkatan
Ibadah
Model terapi yang
selanjutnya dengan melakukan ibadah-ibadah yang telah di wajibkan atas kita
seperti salat, berpuasa, haji, zakat, dsb. Apabila kita melakukan kebenaran
yang diperintahkan Allah niscaya kita
selalu berada dijalan kebenaran, jalan yang diridhai oleh Allah.
5.
Al baqarah 183
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
183. Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Tafsir
Wahai orang-orang yang beriman,
Allah mewajibkan kamu berpuasa bulan Ramadhan kepada kalian sebagaimana dia
telah mewajibkan puasa seperti itu kepada umat-umat sebelum kalian. Maka,
laksanakanlah perintah ini sebagaimana mereka melaksanakannya. Karena,
sesungguhnya didalam puasa itu terdapat hal-hal yang akan mengantarkan kalian
kepada ketaqwaan. Hal-hal tersebut diantaranya adalah; ketaatan dalam
melaksanakan perintah, mematahkan nafsu amarah, belajar bersabar, menjauhi
larangan, melawan hawa nafsu, memerangi
setan, dan kesungguhan dalam beribadah.[14]
Tafsir
Sebagaimana telah
diwajibkan: ini tidak berarti bahwa puasa
dalam islam sama dengan ketentuan-ketentuan puasa sebelumnya, seperti jumlah
hari, waktunya serta cara berpuasa, atau dalam peristiwa-peristiwa yang lain.
Itu hanya berarti bahwa dasar-dasar pengorbanan kepentingan diri sendiri dengan
berpuasa bukan hal baru.[15]
Tafsir
Kewajiban berpuasa sepanjang ulan
Ramadhan dan kemudahan-kemudahan yang dianugerahkan Allah swt. Bagi yang sakit
maupun yang dalam perjalanan, yakni dengan melaksanakannya pada bulan-bulan
lain. Demikian juga kemudahan bagi mereka yang mengalami kesulitan berat bila
melaksanakannya. Ini dengan membayar fidyah berupa memberi makanan seorang
miskin, untuk setiap hari dia tidak berpuasa. [16]
Asbabun
Nuzul
Tidak
ada
Korelasi
Pada surah Al baqarah 183
diberitahukan model terapi peningkatan ibadah dan ibadah yang dimaksud adalah
puasa, dimana puasa sudah diwajibkan pula kepada umat-umat sebelumnya. Karena, sesungguhnya
didalam puasa itu terdapat hal-hal yang akan mengantarkan kalian kepada
ketaqwaan.
Analisi
Menurut pemakalah ayat ini
menjelaskan kewajiban berpuasa seperti yangAllah telah wajibkan kepada
umat-umat sebelum kita, karena puasa mampu menambah ketaatan dalam melaksanakan
perintah, mematahkan nafsu amarah, belajar bersabar, menjauhi larangan, melawan
hawa nafsu, memerangi setan, dan
kesungguhan dalam beribadah.
,
Demikian juga kemudahan bagi mereka yang mengalami kesulitan berat bila
melaksanakannya. Ini dengan membayar fidyah berupa memberi makanan seorang
miskin, untuk setiap hari dia tidak berpuasa.
6.
Al baqarah 186
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ
فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
186. Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Tafsir
Seorang sahabat bertanya, :wahai
Rasulullah, apakah tuhan kita dekat dengan kita sehingga kami cukup bermunajat
kepadanya ataukah dia itu jauh sehingga kami harus memanggil-manggilnya?”
Makala Allah memerintahkan Rasulnya agar memberi kabar kepada hamba-hambanya
bahwa dia maha mendengar, maha dekat, lagi maha mengabulkan, dia maha mendengar
semua doa-doa, mengabulkan setiap permintaan, menghilangkan kesusahan,
menyingkirkan duka cita, menjauhkan kesulitan, menjawab tuntutan, dan
mengetahui setiap keadaan mereka.
Seorang hamba harus meminta dan
tidak boleh berputus asa dalam melakukannya, eorang hamba harus senantiasa
memohon dan tidak berhenti dalam melakukannya. Kemurahan Allah itu sangat luas,
pemberiannya sangat banyak, dan karunianya sangat besar.
Setiap hamba harus taat kepada tuhan
mereka dan mengikuti rasulnya dan mengamalkan syariatnya, membenarkan apa yang
diturunkan didalam kitabnya, serta meyakini kebenaran apa-apa yan dibawa oleh
rasulnya.
Pelaksanaan perintahnya itu
merupakan tindakan, keimanan adalah keyakinan, dan doa adalah ucapan. Sementara
agama merupakan gabungan dari ucapan, amal, dan keyakinan. Barang siapa taat
kepada Allah , berarti dia telah mendapat petunjuk, karena dia telah diberi
ilham tentang mana jalan yang benar dan diberi kesempatan untuk beristiqamah,
menjalani kebenaran, melawan hawa nafsu, dan mejauhi kesesatan, dan buah
(hasil) dari amal saleh adalah bertambahnya iman dan balasan dari ketaatan
adalah betambahnya hidayah.[17]
Tafsir
Sudah tidak asing
lagi dalam membicarakan masalah Ramadhan; tetapi tekanannya disini dari segi rohani. Disebutkan juga
tentang doa serta dekatnya tuhan kepada kita.[18]
Tafsir
Ayat 186 hadir menjanjikan
pengabulan doa bagi yang benar-benar berdoa, dan bahwa yang berdoa hendaklah memperkenankan tuntunan
Allah swt. Dan percaya kepada-Nya. [19]
Asbabun
Nuzul
Tidak
ada
Korelasi
Pada surah Al baqarah 183
diberitahukan model terapi peningkatan ibadah dan ibadah yang dimaksud adalah
berdoa, dan juga doa yang benar setiap harus hamba harus taat kepada tuhan
mereka dan mengikuti rasulnya dan mengamalkan syariatnya, membenarkan apa yang
diturunkan didalam kitabnya, serta meyakini kebenaran apa-apa yan dibawa oleh
rasulnya.
Analisi
Menurut pemakalah ialah kita
diperintahkan untuk berdoa selalu meminta dan memohon kepada Allah karena hanya
Allah yang maha mendengar, lagi mengabulkan, dan juga Setiap hamba harus taat
kepada tuhan mereka dan mengikuti rasulnya dan mengamalkan syariatnya,
membenarkan apa yang diturunkan didalam kitabnya, serta meyakini kebenaran
apa-apa yan dibawa oleh rasulnya. Barulah doa yang dimintanya bisa terkabul.
7.
Al baqarah 197
ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٞ
مَّعۡلُومَٰتٞۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا
جِدَالَ فِي ٱلۡحَجِّۗ وَمَا تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ
ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٧
197. (Musim) haji adalah
beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan
itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang
berakal.
Tafsir
Musim haji adalah pada beberapa
bulan yang telah ditentukan, yaitu pada bulan syawal, Dzu al-Qa’dah, dan
sepuluh hari pertama dari bulan Dzu al-hijjah. Barang siapa telah mewajibkan
atas dirinya untuk behaji pada bulan-bulan tersebut maka ia tida boleh
menggauli (menyetubuhi) istrinya, bermaksiat pada Rabb-Nya, dan
batahan-bantahan dengan sesamanya. Ini adalah hukum yang berhubungan dengan
diri sendiri, keluarga dan orang lain.
Dan seseorang yang ingin sempurna
hajinya tidak cukup hanya dengan meninggalkan maksiat saja, tetapi juga ia
harus menyempurnakan dengan berbagai perbuatan baik; perkataan yang bai, zikir,
sedekah, dan berakhlak mulia. Sesungguhnya Allah maha mengetahui atas segala
rahasia dan melihat apa yang tersembunyi didalam hati setiap orang, dan kelak
dia akan menganggapnya setiap orang
sesuai dengan amalnya.
Kalian harus menyiapkan bekal
perjalanan yang cukup dan bisa memperlancar pelaksanaan haji kalian. Namun,
jangan pula kalian melupakan bekal untuk akhirat kalan, yaitu berupa beramal
saleh; karena sesungguhnya bekal inilah yang tersebar dan terpenting untuk
menghadapi hari pembalasan.
Wahai orang-orang berakal, takutlah
kalian terhadap azab-Ku dan berhati-hatilah kalian dari siksa-Ku dengan
mengerjakan ketaatan dan menjauhi kedurhakaan terhadap-Ku[20]
Tafsir
Dianjurkan jamaah
haji untuk membawa bekal, supaya jangan sampai terpaksa kelak meminta-minta.
Tetapi biasanya pikiran kita langsung mengarah dari yang jasmani sifatnya
kepada yang bersifat rohani. Kalau perbekalan itu diperlukan untuk perjalanan
di muka bumi, betapa pula perbekalan diperlukan untuk perjalanan terakhir
menuju akhirat? Maka perbekalan terbaik dalam hal ini, ialah tingkah laku baik,
yang berarti sama dengan ketakwaan- takut melanggar perintah Allah.[21]
Tafsir
Menyatakan bahwa masa melakukan
ihram serta pelaksanaan ibadah haji adalah pada bulan-bulan tertentu, yakni
syawal, Dzulqa’dah, serta sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Jamaah
haji dipesan agar menghindari perdebatan yang mengarah kepada perselisihan,
kedurhakaan, serta cabul dan seks, dan bahwa masing-masing harus membawa bekal.
Bekal yang terbaik adalah takwa. Yakni bekal materi dan mental sehingga yang
bersangkutan dapat terpelihara dari keterpurukan dalam kondisi negatif, baik
fisik maupun mental. [22]
Asbabun
Nuzul
Tidak ada
Korelasi
Model terapi peningkatan ibadah
haji, dan juga merupakan rukun islam ke lima, kenapa bisa menjadi model terapi disini
jamaah haji harus menghindari perdebatan yang mengarah kepada perselisihan,
kedurhakaan, serta cabul dan seks, dan bahwa masing-masing harus membawa bekal.
Bekal yang terbaik adalah takwa. Yakni bekal materi dan mental sehingga
yang bersangkutan dapat terpelihara dari keterpurukan dalam kondisi negatif,
baik fisik maupun mental.
Analisis
Pada ayat in perintah melakukan
ibadah haji sebagai salah satu model terapi, dimana juga seseorang yang ingin
sempurna hajinya tidak cukup hanya dengan meninggalkan maksiat saja, tetapi
juga ia harus menyempurnakan dengan berbagai perbuatan baik; perkataan yang
bai, zikir, sedekah, dan berakhlak mulia. Tidak lupa membawa bekal baik dunia
maupun akhirat. Maka perbekalan
terbaik dalam hal ini, ialah tingkah laku baik, yang berarti sama dengan
ketakwaan- takut melanggar perintah Allah.
8.
At taubah 103
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ
صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ
سَكَنٞ لَّهُمۡۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ١٠٣
103. Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tafsir
Wahai Rasulullah s.a.w ambillaah dari
orang-orang yang bertaubat karena ketidak itu seraan mereka didalam perang,
sedekah harta mereka yang membersihkan jiwa mereka dari dosa dan sifat kikir,
serta mensucikan harta mereka pun bertambah, dan doakanlah ampunan untuk mereka
karena doamu menjadi penyebab turunnya ketenangan pada jiwa mereka
Allah SWT maha mendengar pengakuan akan
kekurangan mereka dan doamu bagi mereka untuk memohon ampun dari Allah yang
maha lembut lagi maha mengetahui. Dia maha mengetahui niat orang yang jujur
dalam tobatnya dari yang tidak jujur[23]
Tafsir
Orang yang sudah
bertaubat, sesudah itu hendaknya diberi dorongan selalu untuk mengubah sikap
dan tingkah lakunya. Rasa keakraban dalam persaudaraan akan memperkuat itikad
baik mereka, dan masa lampaunya akan dihapus. Bila mereka sudah kembali kealam
baka, mereka akan mengerti bahwa hanya suatu rahmatlah yang dapat menyelamatkan
mereka, sama seperti orang-orang jahat, mata mereka baru akan terbuka bila
melihat kenyataan yang sesungguhnya mengenai kemerosotan rohani mereka.[24]
Tafsir
Menjelaskan salah satu cara
pengampunan dosa atau amalan buruk yang dihapuskan dengan beramal saleh. Di
sini Nabi saw. Diperintahkan (demikian juga para penguasa) bahwa:
“Ambillah—atas nama Allah swt.—sebagian saja dari harta mereka sebagai zakat.
Apa yang engkau ambil itu membersihkan jiwamereka dan mengembangkannya.” Lalu,
Nabi saw. (dan siapapun yang menerima zakat/sedekah) diperintahkan untuk
memohonkan keselamatan dan kesejahteraan bagi mereka. Karena itu, lanjut ayat
ini: “sesungguhnya doamu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka,” dan
sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah swt. Maha mendengar lagi maha
mengetahui. [25]
Asbabun
Nuzul
Tidak
ada
Korelasi
Peningkatan ibadah disini ialah
berzakat, bagi mereka yang bertaubat dan diperintahkan oleh Allah kepada
Rasul-Nya agar mengambil sebagian harta mereka dan di zakatkan dan Allah juga
memerintahkan Rasul untuk mendoakan mereka karena doa Rasul akan menjadi
penenang hati mereka.
Analisis
Jadi, pada ayat ini Allah
memerintahkan kepada Rasul agar mengambil harta dari orang-orang yang telah
bertaubat sebagai zakat mereka dan zakat mampu menjalin tali silahturahmi lebih
dalam antara sesama umat.
9.
Al maarij 19-34
۞إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا ١٩
إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ
جَزُوعٗا ٢٠
وَإِذَا مَسَّهُ ٱلۡخَيۡرُ مَنُوعًا ٢١
إِلَّا ٱلۡمُصَلِّينَ ٢٢
ٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ
صَلَاتِهِمۡ دَآئِمُونَ ٢٣
وَٱلَّذِينَ فِيٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ حَقّٞ
مَّعۡلُومٞ ٢٤
لِّلسَّآئِلِ
وَٱلۡمَحۡرُومِ ٢٥
وَٱلَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ ٢٦
وَٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ
عَذَابِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ ٢٧
إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمۡ غَيۡرُ مَأۡمُونٖ ٢٨
وَٱلَّذِينَ هُمۡ
لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ٢٩
إِلَّا عَلَىٰٓ
أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ٣٠
فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ
فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ ٣١
وَٱلَّذِينَ هُمۡ
لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٣٢
وَٱلَّذِينَ هُم
بِشَهَٰدَٰتِهِمۡ قَآئِمُونَ ٣٣
وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِهِمۡ يُحَافِظُونَ
٣٤
19. Sesungguhnya manusia diciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.
21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.
22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.
23. yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.
24. dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu.
25. bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai
apa-apa (yang tidak mau meminta).
26. dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan.
27. dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
28. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa
aman (dari kedatangannya).
29. Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya.
30. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka
miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
31. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas.
32. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya.
33. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.
34.
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
Tafsir
Inilah sifat yang menjadi tabiat asli
manusia, yaitu haluu’ (suka mengeluh), dia berkeluh kesah ketika mendapat
musibah seperti kemiskinan, sakit, hilang yang dicintainya baik harta, istri
maupun anak dan tidak menyikapinya dengan sikap sabar dan ridha kepada taqdir
Allah.
Dan tidak menginfakkan harta yang Allah
berikan kepadanya dan tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmatnya; dan
dikeluh kesah ketika mendapat kesusahan dan menjadi kikir ketika mendapat
kesenangan.
Yaitu orang-orang mukmin. Mereka apabila
mendapat kebaikan, maka mereka bersyukur kepada Allah dan menginfakkan sebagian
dari rezeki yang Allah berikan, dan apabila mereka mendapat kesusahan, maka
mereka bersabar dan mengharabkan pahala.
Mereka senantiasa melakukan salat pada
watunya dengan memenuhi syarat dan
penyempurnaanya. Mereka bukanlah orang yang tidak melaksanakan dan bukan pula
yang mengerjakan jarang-jarang atau melakukannya secara kurang, untuk zakat dan
sedekah.
Yakni beriman kepada apa yang Allah dan
Rasul-nya beritakan, seperti kebangkitan dan pembalasan, mereka meyakininya dan
mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Beriman kepada hari pembalasan
mengharuskan pula beriman kepada rasul dan apa yang mereka bawa.
Oleh
karena itulah, mereka menjauhi segala yang dapat membuat mereka diazab.
Oleh karena itu, mereka tidak menaruhnya
ditempat yang haram seperti zina, homoseks, menaruhnya didubr atau ketiha istri
haid, dsb. Mereka juga meninggalkan saran-saran yang haram yang dapat mendorong
mereka berbuat keji.
Budak-budak belian yang didapat didalam
peperangan orang kafir, bukan budak belian yang dapat di luar peperanan. Dalam
peperangan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya
dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan
kebiasaan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. Iman boleh melarang kebiasaan
ini.
Yakni selain istrinya dan budaknya,
seperti melakukan zina, homo seks, lesbian dsb, dari yang halal kepada yang
haram, ayat ini juga menunjukkan haramnya nikah mut’ah (kontrak), karena
keadaan wanitanya bukan istri yang dimaksudkan dan bukan pula budak
Mereka memeliharanya, melaksanakan
kewajibannya dan berusaha memenuhinya. Amanah disini mencakup amanah antara
seorang hamba dengan tuhannya seperti beban (kewajiban)agama dan beban-beban
yang menjadi tanggung jawabnya yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah
seperti titipan, maupun amanah antara seorang hamba denga hamba yang lain baik
dalam hal harta maupun sesuatu yang dirahasiakan, baik janji antara dia dengan
Allah maupun janji antara dia dengan hamba-hamba Allah. Janji ini akan di
Tanya; apakah dia memenuhinya atau tidak.
Mereka bersaksi sesuai yang mereka
ketahui tanpa menambah, mengurangi atau menyembunyikan, tidak memihak kepada
kerabat, teman lainnya, tetapi dia lakukan karena mencari keridhaan Allah s.w.t
sebagaimana firmannya, (tegakkanlah
persaksian karena Allah). Dengan melaksanakannya pada waktunya, terpenuhi
rukun dan syaratnya dan mengerjakan yang wajib dan sunnahnya.[26]
Tafsir
Manusia, sesuai
dengan rencana Allah, diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, tetapi untuk
memenuhi tujuannya yang luhur ia diberi kebebasan berikhtiar yang terbatas.
Salah menggunakan kebebasan ini akan membuat kodratnnya lemah, atau
tergesa-gesa, atau serba gelisah, seperti dalam ayat ini. Itulah yangmenjadi
kodratnya, karena tindakannya sendiri, tetapi
dia disebutkan demikian diciptakan karena kemampuan yang sudah diberikan
kepadanya ketika diciptakan.
Dalam keadaan
serba sulit ia mengeluh dan jadi putus adsa. Bila mendapat kemakmuran ia sombong dan melupakan hak orang
lain dan segala kekurangannya.
Uraian mengenai
mereka yang tekun dalam salat diberikan dalam sejumlah ungkapan berikut-Nya,
didahului dengan kata-kata “Mereka yang...” “Tekun mengerjakan salat” seperti
dalam ayat ini, tetapi ungkapan lain sebagai yang beriman dan bertaqwa
diuraikan disana sini. Tekun dalam salat tidak berarti hanya sekedar
menjalankan ibadah formal tertentu atau sujud. Salat itu sepenuhnya berarti
penyeraahan diri kepada Allah. Ini berarti suatu pendekatan yang
sungguh-sungguh dan mewujudkan kehadiran Allah (“tetap setia mengerjakan
salat”); beramal dan bersedekah secara
nyata; berusaha membaca kehidupan ini
dalam bahasa akhirat; mencari kedamaian degan Allah dan menghindari
kemurkaan-Nya; kesucian; kejujuran; kesaksian yang benar dan teguh dan menjaga
kesucian ibadahnya kepada Allah.
Sedekah yang
benar-benar sedekah ialah dengan mencari yang benar-benar dalam kekurangan,
baik mereka meminta atau tidak meminta. Kebanyakan mereka yang meminta-minta
orang malas yang secara kurang ajar mau hidup dari orang lain. Tetapi semua
kasus mereka yang meminta itu harus diselidiki sebagaimana mestinya,
kalau-kalau bantuan seperlunya pada waktu yang tepat bole diberikan untuk orang
yang sesat di jalan. Tetapi orang yang punya kekayaan atau bakat atau
kesempatan, tanggung jawabnya lebih jauh ialah mencari mereka yang memang
benar-benar memerlukan bantuan, dengan maksud menunjukkan bahwa dia memang
amanat untuk mengabdi kepada sesama makhluk.
Orang yang
benar-benar takut kepada Allah ialah yang takut melanggar hukum dan
kehendak-Nya, dan karenanya ini sama dengan mencintai Allah. Takut itu
bersumber dari kesadaran bahwa semua kedamaian dan ketenangan sejati datangnya
karena kita menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah dan bahwa dosa itu
menyebabkan pertentangan, ketidakserasian dan kemurkaan - kata lain untuk azab
dari Allah.
Sebagian orang
menerjemahkan ayat “Dan terhadap kemurkaan Tuhan orang tak merasa aman:” artinya
bahwa azab terhadap dosa dapat datang tiba-tiba setiap saat, ketika tidak
diduga-duga samasekali.
Tawanan-tawanan
perang boleh dinikahi; tetapi status mereka lebih rendah dari
perempuan-perempuan medeka sebelum mereka dimerdekakan. Kebiasaan tawanan perang
semacam ini sekarang sudah tidak dipakai. Status yang lebih rendah ini, seperti
yang sudah berlaku dalam status tawanan perang, bukan dalam status perkawinan
yang memang tak mengenal tingkat-tingkat demikian, kecuali menurut adat
setempat yang oleh Islam tidak diakui. (1524)
Mengenai kewajiban
yang berhubungan dengan amanat dan perjanjian, yang tersurat dan tersirat.
Kewajiban itu begitu suci dala kehidupan sehari-hari, sma halnya seperti dalam
hubungan agama secara khusus. Ditambah lagi kehidupan kita sendiri, begitu juga
akal budi dan bakat yang kita miliki, juga harta kekayaan dan segala milik
kita, semuanya itu adalah amanat, yang segala kewajibannya harus kita penuhi
secermat dan sebaik mungkin.
Kalau ada
kebenaran apapun yang kita ketahui, sehingga untuk itu kita harus menjadi
saksi, karena ini menyangkut kehidupan atau kepentingan sesama kita, kita harus
berpegang teguh, jangan setengah-setengah, tanpa harus merasa takut atau pilih
kasih meskipun itu akan merugikan atau menyusahkan kita, atau akan membuat kita
kehilangan teman.
Ibadah atau salat,
sedekah dan perbuatan baik lainnya, termasuk pekerjaan terhormat.
Menjagakesucian yang ideal ini berarti merangkum tugas manusia secara
keseluruhan. Kita mulai dengan “tetap setia mengerjakan salat,” dan sesudah
merenungkan kembali berbagai segi kehidupan manusia yang baik, diakhiri dengan
kesucian ibadah, yakni hidup sesuai denganpandangan Allah.[27]
Tafsir
Sesungguhnya jenis manusia
diciptakan bersifat gelisah dan rakus[19]. Ini tercermin pada sikapnya yang
apabila ia ditimpa walau sedikit—kesusahan, ia sangat berkeluhkesah[20], dan
apabila ia mendapat kebaikan , seperti limpahan harta atau rezeki lainnya, ia
amat kikir [21], kecuali mereka yang melaksanakan shalat [22], yakni yang
senantiasa melakukannya pada waktunya ytanpa meninggalkan satu salat pun[23].
Juga orang-orang yang dalam harta mereka ada bagian tertentu yang mereka
peruntukan bagi orang-orang yang butuh, baik berupa zakat maupun sedekah [24],
baik yang butuh dan meminta, maupun yang
butuh tapi enggan dan malu meminta [25]. Dan juga orang-orang yang mempercayai
keniscayaan hari pembalasan sehingga mempersiapkan bekal untuk itu [26]. Dan
orang-orang yang sangat takut terhadap azab Tuhan mereka [27]. Karena mereka
sadar bahwa sungguh azab Tuhan yang mereka sembah dan yang selama ini berbuat
baik terhadap mereka tidaklah dapat dianggap remeh sehingga merasa aman dari
kemungkinan jatuhnya menimpa mereka [28].
Ayat 29 menjanjikan surge dan memuji
orang-orang, baik perempuan maupun lalaki, yang selalu memelihara secara mantap
kemaluan mereka [29], sehingga tidak menyalurkan kebutuhan biologisnya melalui
hal dan dengan cara yang tidak dibenarkan agama, tetapi menyalurkan melalui
pasangan-pasangan mereka yang sah menurut agama, atau budak wanita yang
dipunyai oleh seorang pria. Bila demikian, maka sesungguhnya menyalurkan
kebutuhan bioligis melalui pasangan atau budak mereka itu tidaklah dicela,
yakni selama ketentuan agama tidak melanggar [30]. Barangsiapa mencari
pelampiasan hawa nafsu selain yang disebut itu, maka mereka itulah
pelampau-pelampau batasan ajaran agama dan moral, sehinga war dicela dan
disiksa [31].
Ayat 32 memuji dan menjanjikan surge
untuk orang-orang yang selalu memelihara secara mantap amanat-amanat yang
dipikulkan atas mereka olah Allah swt. Atau oleh manusia, baik yang berkaitan
dengan urusan dunia maupun akhirat dan juga memenuhi perjanjian yang mereka
jalin dengan pihak lain, yakni menunaikan sebaik mngkin, tidak menyia-nyiakan
atau menghilangkan, tidak juga mengurangi atau merusak [32]. Demikian juga
orang-orang yang merupakan penegak-penegak kesaksian mereka, akni yang memikl
dan menunaikan secara baik dan sempurna kesaksian mereka tanpa dipengaruhi oleh
siapa dan apapun [33].
Akhirnya, rangkaian sifat-sifat
terpuji ini diakhiri oleh ayat 34 dengan menekankan sekali lagi tentang salat
dengan menyatakan bahwa yang dijanjikan surge termasuk orang-orang yang selalu
memelihara salat-salat mereka, yakni antara lain memelihara waktunya serta
memelihara pula rukun, wajib, dan sunah-sunahya [34].[28]
Asbabun
Nuzul
Tidak
ada
Korelasi
Disini peningkatan ibadah yang
dimaksud ialah salat telat waktu dengan salat maka seseorang akan mudah bersyukur
dan bersabar dari segala kelebihan dan kekurangan yang dia miliki, dan lagi
bagi umat yang bisa memelihara secara mantap kemaluan mereka kecuali terhadap
istri ataupun budak mereka
Analisis
Pada ayat ini dijelaskan tentang
tegakkan salat karena salat dapat mencegah perbuatan mungkar karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk yang berkeluh kesah dan putus asa, dan
peliharalah kemaluan dari selain istri atau budak, maka orang-orang yang mampu
menjaga kebutuhan biologis mereka ajan dipuji oleh Allah dan akan dihadiahkan
surga kepada mereka.
D.
Kesimpulan
Dari Makalah ini
dapat diambil kesimpulan bahwa Islam sangat memperhatikan umatnya sampai
memiliki model terapinya tersendiri yaitu Islam mengharuskan umatnya untuk
lebih meningkatkan Taqwa-Nya kepada Allah seperti menjauhi larangan dan menaati
perintahnya, dan juga perintah melakukan ibadah yang telah dianjurkan dalan
Islam seperti solat, Puasa dan Sebagainya, yang dijelaskan pula keuntungan dan
kerugiannya bila meninggalkan ibadah.
Tujuan nya tidak
lain agar umat Islam mampu membuat Diri mereka menjadi lebih dekat dengan Allah
dan semakin mendapatkan ketenangan hidup dan mampu melancarkan masalh-masalh
dalam kehidupan mereka.
Daftar
Pustaka
Yusuf
Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993.
A.Mudjab
Mahali. Asbabun nuzul, Jakarta. PT: Raja Grafindo Persada, 2002.
Al-
Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, Jakarta:
Qisthi Press, 2001.
Shihab,
M.Quraish. Al-Lubab, Tanggerang: Lentera hati, 2012
Alquran In Word
[1] Al-
Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:
Qisthi Press, 2001).h.70
[2]
Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka
Firdaus,1993).h.415
[3]
Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.515
[8] Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta:
PT.Pustaka Firdaus,1993).h.1433
[10]
A.Mudjab Mahali. Asbabun nuzul, (Jakarta. PT: Raja Grafindo Persada,
2002).h. 88
[14] Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar,
(Jakarta: Qisthi Press, 2001).h.78
[15] Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta:
PT.Pustaka Firdaus,1993).h.78
[17] Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar,
(Jakarta: Qisthi Press, 2001).h.79
Tidak ada komentar:
Posting Komentar