Selasa, 10 Januari 2017

Beberapa terapi dalam Islam

BEBERAPA MODEL TERAPI
A.    Pendahuluan
            Setiap mahluk hidup di permukaan bumi memiliki masalah nya tersendiri yang mampu membuat fikiran seseorang setres akan beban fikiran dan masalh yang sedang dialaminya dan membutuhkan terapi (penenang) agar mampu mengurangi dampak setres yang sedang dialaminya.
            Berbagai macam model terapi diciptakan manusia didunia, dan dalam islan juga memiliki model terapi seperti peningkatan Taqwa dan ibadah yang dapat menjadi model terapi didalam islam.
            Dan ada beberapa ayat yang dapat menjelaskan proses terapi yang ada didalam islam tersebut yaitu:
1.      Al Anfal 29
2.      Al ahzab 70-71
3.      Al Hadid 28
4.      At talaq 4-5
5.      Al baqarah 183
6.      Al baqarah 186
7.      Al baqarah 197
8.      At taubah 103
9.      Al Ma’arij 19-34



B.     Peningkatan Taqwa
            Model terapi yang pertama adalah peningkatan Taqwa, peningkatan Taqwa disini seperti mengatakan perkataan yang benar, meninggalkan maksiat menjauhi hal-hal yang batil maka Allah akan memperbaiki setiap amalan yang kita perbuat, dan kita mampu membedakan antara kebaikan dan kejahatan, sehingga mampu membuat kita semakin dekat dengan Allah.

1.      Al anfal 29
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَتَّقُواْ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّكُمۡ فُرۡقَانٗا وَيُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَيِّ‍َٔاتِكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ ٢٩
29. Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Tafsir
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertaqwa kepada rabb kalian dengan menaatinya dan meninggalkan maksiat terhadapnya, niscaya dia memuliakan kalian dengan cahaya dihati kalian, yang melalui cahaya itu kalian bisa mengenali kebenaran sehingga kalian mengtahuinya, juga mengenali kebenaran sehingga kalian mengikutinya. Kalian juga mampu membedakan antara kebaikan dan kejahatan dengan mata hati yang tembus pandang, intelektualtas yang kuat, dan pertimbangan yang cerdas.
            Sedangkan orang fasik sanubarinya redup, hatinya buta, dan pemahamannya tentang dinding. Sebab, karat-karat pelanggaran menempel pada hatinya dan penyakit menguasai hatinya.
            Dengan ketaqwaan, Allah menghapus dosa-dosa yang terdahulu dan memaafkan segala kesalahan yang telah lalu karena karunia Allah sangat besar, sangat agung dan merata. Untuk itu, manusia di haruskan menyesal dan merahasiakan segala dosa dan kesalahannya.[1]
Tafsir
            29. Perang badr disebut al furqan di kalangan ahli agama kaum muslimin, sebab dengan jalan peperangan,itu merupakan cobaan kekuatan yang pertama dalam Islam, antara kekuatan kebaikan dengan kejahatan. Kejahatan dihancurkan, orang yang benar-benar beriman sedang diuji dan disaring dari orang yang tidak cukup beriman dalam mengikuti panji iman. [2]
Tafsir
            Mengajarkan cara terbaik memelihara amanat, menghindari penghianatan, dan keluar dari kebingungan. Ayat tersebut menyampaikan kepada orang-orang beriman bahwa jika kamu senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, niscaya dia akan memberikan kepadamu furqan dan menutup kesalahan-kesalahan kamu sehingga tidak ditampakkan didunia dan ditutupi-Nya di akhirat sehingga Allah swt. Tidak menuntut pertanggungjawaban kanu, juga dia akan mengampuni dosa-dosa kamu. Allah swt, adalah pemilik anugerah yang agung sehingga dengan karunia-Nya itu, Dia dapat menganugerahkan lebih dari pada yang disebut diatas. [3]

Asbabun Nuzul
Tidak Ada
Korelasi
            Jadi, dalam surah Al-Anfal 28 ini memerintahkan untuk bertakwa kepada Allah sebagai metode terapi yang dianjurkan dalam Islam, Karena Apabila sudah bertakwa maka Allah akan memberikan Furqan dimana mampu membantu kalian untukmembedakan mana kebaikan dan kejahatan dan juga Allah akan mengampuni dosa-dosamu.
Analisis
            Menurut pemakalah Al Anfal 28 ini memberitahu agar manusia bertakwa agar kalian mendapat ketenangan hidup, dan ketenangan hidup yang dimaksud disini ialah; mampu membedakan antara kebaikan dan kejahatan dan Allah pun akan memelihara kita. Dan Allah juga akan mengampuni dosa-dosa kita.

2.      Al ahzab 70-71
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠
يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١
70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
Tafsir
            Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan cara melaksanakan hal yang diperintahkan dan meninggalkan hal yang dilarang serta tulus ikhlas menaati Allah dan benar dalam mengikuti Rasul-Nya s.a.w. Katakanlah pula perkataan yang benar, jujur, lurus, dan bersih dari dusta, kepalsuan, dosa, dan kebathilan dalam segala urusan dan keadaanmu.
            Jika kalian telah bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan berkata benar  dan lurus maka Allah akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Ayat ini menunjukkan betapa besarnya dampak perkataan dalam satu amalan dan mengisyaratkan kewajiban menjaga lidah. Barangsiapa taat kepada Allah dengan mengamalkan syariat-Nya serta taat kepada Rasul s.a.w dengan mengikuti sunnahnya maka sesungguhnya dia telah memperoleh kemuliaan, keberuntungan, keridhaan dan kenikmatan. [4]
Tafsir
            70. Kita tidak hanya harus mengatakan yang benar sepanjang apa yang kita ketahui, tetapi kita harus selalu berusaha langsung pada sasaran, yakni tidak bicara yang tidak pada tempatnya, dan kalau kita bicara, jangan bertele-tele, tetapi langsung saja pada yang dituju, dalam perbuatan dan dalam kata-kata. Allah akan membuat tingkah laku kita menjadi benar dan menyembuhkan segala cacat kita yang mungkin ada didalam pengetahuan dan watak kita. Dengan usaha kita langsung pada sasaran, segala kesalahan, kekurangan, kekhilafan dan dosa kita masa lampau akan diampuni.
            71. yakni keselamatan, atau tercapainya keinginan atau cita- cita kita yang sesungguhnya, setelah kita memasuki jalan yang akan mendekatkan diri kita kepada Allah. [5]
Tafsir
            Seteleh melarang mengucapkan kebohongan dan tuduhan palsu, Alah swt. Menyeru dan mengajak orang-orang yang beriman agar bertakwa kepada Allah swt., yakni melaksanakan perintah-Nya  sekuat kemampuan dan menjauhi larangan-Nya serta mengucapkan perkataan yang tepat. Yakni menyangkut nabi Muhammad saw. Dan Zainab ra., bahkan dalam setiap ucapan[70]. Jika itu mereka indahkan niscaya, menurut ayat 71, Allah swt. Memperbaiki dari saat ke saat kualitas amalan-amalan mereka, yakni dengan jalan mengilhami dan memudahkan mereka melakukan amalan-amalan yang tepat dan benar. Disamping itu, Allah swt. Mengampuni dosa-dosa mereka. Memang, tutup ayat 71, siapa menaati Allah st. Dan Rasul-Nya, maka sungguh ia telah meraih keberuntungan besar, yakni ampunan surga ilahi. [6]
Asbabun Nuzul
Tidak Ada
Korelasi
            Pada surah Al-ahzab 70-71 dijelaskan terapi nya ialah dengan melakukan perkataan yang baik karena itu suatu hal yang diperintahkan Allah sehingga mampu meningkatkan takwa hambanya, apabila sudah melakukan itu maka Allah akan memperbaiki kualitas amaln-amalannya, dan ia mendapatkan kemenangan (surga)
Analisis
            Menurut pemakalah model terapi kali ini memerintahkan kita untuk menjaga ucapan dengan cara mengucapkan hal-hal yyang benar dan tidak bersifat kebohongan atau bertele-tele, dan juga Allah akan mengilhami mereka dengan kemampuan untuk membedakan yang benar dan jahat, sehingga mendapatkan surga.

3.      Al hadid 28
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَءَامِنُواْ بِرَسُولِهِۦ يُؤۡتِكُمۡ كِفۡلَيۡنِ مِن رَّحۡمَتِهِۦ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ نُورٗا تَمۡشُونَ بِهِۦ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٢٨
28. Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tafsir
            Wahai orang-orang yang beriman, merasalah senantiasa diawasi oleh Allah s.w.t dan takutlah kepada-Nya dengan melaksanakan taat kepada-Nya dan menjauhi maksiat, niscaya ditulis untuk kalian dua kali lipat rahmat-Nya.
            Seruan ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman cahaya untuk mendapatkan petunjuk sehingga mereka bisa melihat kebenaran. Allah s.w.t juga mengampuni disa-dosa mereka.
            Allah s.w.t Maha mengampuni hamba-hamba yangberbuat kesalahan, Maha penyayang kepada orang-orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.  [7]
Tafsir
            28. masih mengacu pada orang-orang kristiani dan ahli kitab yang teguh berpegang paa agama mereka dan masih bersih.
            Dua kali bagian mengacu pada masa lalu dan masa yang akan datang. Seperti disebutkan dalam catatan akhir diatas, bagian ayat ini ditujukan kepada umat kristiani dan ahli kitab yang bila dengan jujur  mereka menghadapi persoalan wahyu yang baru dalam Islam itu, akan mereka lihat bahwa wahyu ini memang menunaikan wahyu-wahyu sebelumnya, dan karenanya mereka beriman kepada Muhammad Rasulullah, dan berjalan mengikuti cahaya baru itu. Segala amal mereka sebelum itu diterima sebaaimana mestinya, dan mereka akan diperlakukan sepenuhnya sama dengan umat baru ini. Inilah bagian mereka yang dua kali itu, jumlahnya tidak harus melebihi jumlah yang ada pada saudara-saudara mereka dalam Islam yang tidak melalui pintu lain, tetapi nilainya juga dua kali lipat.
            Karena ini mengacu pada umat kristiani dan ahli kitab, kata-kata kristus berikut ini dalam saat-saat akhirnya dapat menarik mereka: “Hanya sedikit waktu lagi terang ada diantara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu... percayalah kepada terang itu selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.’ Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi diantara mereka. Cahaya Injil Isa itu segera menghilang; gerejanya tertutup dalam kegelapan. Kemudian cahaya datang lagi, dalam cahaya Islam yang lebih terang. Dan mereka diajak percaya caha itu dan berjalan dalam cahaya itu.
            Segala kesalahan yang pernah mereka lakukan karena tidak tahu atau salah mengerti dalam agama mereka yang lalu, akan diampuni setelah mereka melihat cahaya yang baru dan berjalan dengan itu.[8]
Tafsir
Mengajak kaum beriman untuk beribadah secara baik dan benar sesuai tuntunan Allah swt. Ayat tersebut  mengajak orang-orang yang beriman, bertakwa kepada Allah swt., yakni menghindari jatuhnya siksa dan sanksi Allah atas diri mereka dan mengajak juga secara khusus agar beriman kepada rasul terakhir. Kalau itu mereka patuhi, niscaya Allah swt. Memberi mereka dua bagian dari rahmat-Nya sehingga membentengi mereka dari kebinasaan dan menganugerahi mereka cahaya yang menerangi langkah-langkah mereka di dunia dan di akhirat serta mengampuni kesalahan-kesalahan mereka. Allah maha mengampun lagi maha pengasih.[9]
Asbabun Nuzul
            Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari muatil bahwa ketika turun ayat “mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka” ,  menyombonglah  kaum mikminin dari ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) kepada sahabat-sahabat Nabi saw. Mereka berkata: “Kami mendapat dua ganjaran, sedangkan kalian hanya mendapat satu ganjaran”. Ucapan tersebut menyinggung perasaan para sahabat, maka Allah menurunkan ayat ini yang menjanjikan perlipatan ganjaran bagi orang yang bertaqwa kepada Allah serta beriman kepada Rasulnya.[10]
Korelasi
            Diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah swt dan Rasul-Nya yakni menghindari jatuhnya siksa dan sanksi Allah atas diri mereka dan mengajak juga secara khusus agar beriman kepada rasul terakhir. Kalau itu mereka patuhi, niscaya Allah swt. Memberi mereka dua bagian dari rahmat-Nya sehingga membentengi mereka dari kebinasaan dan menganugerahi mereka cahaya yang menerangi langkah-langkah mereka di dunia dan di akhirat serta mengampuni kesalahan-kesalahan mereka. Dan Seruan ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman cahaya untuk mendapatkan petunjuk sehingga mereka bisa melihat kebenaran. Allah s.w.t juga mengampuni disa-dosa mereka.
Analisis
            Jadi pada makalah ini Allah memerintahkan untuk irang yang beriman maupun tidak beriman untuk bertakwa kepada Allah dan Rasuk-Nya, untuk orang yang beriman maka Allah akan memberikan cahay ahmat kepadanya dan menuntun manusia selalu dalam jalan kebenaran bauk dunia dan akhirat, dan juga para ahli kitab diperintahkan untuk beriman kepada Allah dan rasul terakhir, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sebelum-sebelunnya.




4.      At talaq 4-5
وَٱلَّٰٓـِٔي يَئِسۡنَ مِنَ ٱلۡمَحِيضِ مِن نِّسَآئِكُمۡ إِنِ ٱرۡتَبۡتُمۡ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلَٰثَةُ أَشۡهُرٖ وَٱلَّٰٓـِٔي لَمۡ يَحِضۡنَۚ وَأُوْلَٰتُ ٱلۡأَحۡمَالِ أَجَلُهُنَّ أَن يَضَعۡنَ حَمۡلَهُنَّۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرٗا ٤
ذَٰلِكَ أَمۡرُ ٱللَّهِ أَنزَلَهُۥٓ إِلَيۡكُمۡۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يُكَفِّرۡ عَنۡهُ سَيِّ‍َٔاتِهِۦ وَيُعۡظِمۡ لَهُۥٓ أَجۡرًا ٥
 4. Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
5. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.
Tafsir
            Istri-istri yang sudah tidak mengalami masa haid karena sudah tua (menoupause), yang kalian ceraikan, apabila kalian ragu tentang masa ‘iddah mereka maka jadikanlah masa itu selama tiga bulan. Begitu pula istri-istri kalian yang belum mengalami haid karena masih kecil.
            Sedangkan istri yang sedang hamil masa ‘iddah –nya sampai dia melahirkan kandungannya.
            Barangsiapa bertakwa kepada Tuhannya dengan menjalankan semua yang Dia syariatkan serta meninggalkan semua yang Dia larang maka Dia akan memudahkan urusannya dan akan melapangkan dadanya.
            Wahai kaum muslimin, hukum-hukum ‘iddah  dan perceraian tersebut adalah hukum Allah yang telah diturunkan kepadammu melalui Rasul-Nya supaya kalian menerapkannya.
            Barangsiapa bertakwa kepada Tuhannya dengan melaksanakan semua yang Dia wajibkan dan menjauhi semua yang Dia haramkan maka Dia akan mengampuni dosanya,menutupi aibnya, melipatgandakan pahalanya, dan memasukkannya ke surga-Nya.[11]
Tafsir
            Untuk perempuan yang biasa, idah tiga kali masa haid bulan setelah berpisah; jika tidak ada haid atau masa haid itu diragukan, maka tiga bulan kalender. Dengan waktu tersebut kehamilan akan diketahui. Jika demikian, maka masa tunggu itu tetap sampai masa melahirkan
            Jika memang ada keinginan yang benar-benar dan ikhlas hendak menaati perintah Allah dan berbuat baik, segala kesulitan itu akan hilang, dan masalah-masalah rumit pun akan dapat diatasi untuk kebahagiaan semua.
            Ketentuan Allah tak ada yang sewenang-wenangsemua itu untuk membantu kita dan membimbing kita kepada yang terbaik, dunia dan akhirat. Jika kita taat kepada Allah, kebijakan-Nya bukan hanya memcahkan segala kesulitan kita, tetapi juga akan menghilangkan segala keburukan yang ada pada diri kita, yang subyektif dan objektif.                                 Bagaikan gembala yang baik, ia akan membawa kita kepadang rumput yang lebih nyaman. Dengan setiap langkah kita lebih maju, posisi kita akan lebih pasti dan ganjaran yang kita terima akan lebih berharga.[12]
Tafsir
            Bicara tentang ‘iddah  yang harus dijalani oleh kelompok lain yang perempuan-perempuan. Ayat ini menyatakan bahwa perempuan-perempuan yang dicerai oleh suaminya, tetapi dia telah memasuki masa menopause.  Jika kamu ragu-ragu oleh satu dan lain hal tentang masa ‘iddah mereka, maka ‘iddah  mereka adalah tiga bulan. Sedangkan perempuan-perempuan yang tidak haid karena belum dewasa, seperti itu juga masa ‘iddah nya, yakni tiga bulan. Adapun perempuan-perempuan yang hamil, baik yang cerai hidup maupun cerai karena suaminya wafat, baik Muslimah maupun non-Muslimah, baik bekas suaminya Muslim maupun bukan, maka batas waktu ‘iddah  mereka adalah sampai mereka melahirkan kandungan mereka.
            Persoalan yang dihadapi suami istri, apalagi dalam perceraian, sering kali sangat sulit dan berat. Setan pun sering datang menggoda, karena itu lanjuan ayat ini bagaikan berpesan: Barang siapa mengabaikan ketentuan-ketentuan ini, maka dia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya, dan barang siapa bertakwa kepada Allah swt. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah senantiasa dan bersinambung, sesuai dengan kesinambungan takwanya, akan menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusannya[4]. Itu, yakni masa ‘íddah yang ditetapkan disini, adalah perintah Allah swt., bukan perintah siapapun selain-Nya. Perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, wahai kaum Muslimin, barangsiapa mengabaikan tuntunan itu ia akan terjerumus dalam kesulitan duniawi dan ukhrawi dan barangsiapa bertakwa kepada Allah swt., niscaya Allah swt. Akan melimpahkan rahmat baginya dan akan menghapus kesalahn-kesalahannya serta akan melipat gandakan pahala baginya. [13]
Asbabun Nuzul
Tidak ada
Korelasi
            Pembelajaran atas tentang masa ‘iddah, dimana perempuan-perempuan yang dicerai atau pun ditinggal mati oleh suaminya, jika perempuan pada umumnya masa iddah nya ialah sampai mereka melahirkan tetapi bagi wanita tua atau anak-anak diharuskan menunggu 3 bulan kalender, disitu dapat dilihat apakah ada benih atau tidak didalam rahimnya. Barangsiapa mengabaikan tuntunan itu ia akan terjerumus dalam kesulitan duniawi dan ukhrawi dan barangsiapa bertakwa kepada Allah swt., niscaya Allah swt. Akan melimpahkan rahmat baginya dan akan menghapus kesalahn-kesalahannya serta akan melipat gandakan pahala baginya.
Analisis
            Jadi, pada ayat diatas adalah pembelajaran atas tentang masa ‘iddah, dimana perempuan-perempuan yang dicerai atau pun ditinggal mati oleh suaminya, jika perempuan pada umumnya masa iddah nya ialah sampai mereka melahirkan tetapi bagi wanita tua atau anak-anak diharuskan menunggu 3 bulan kalender, disitu dapat dilihat apakah ada benih atau tidak didalam rahimnya.


C.    Peningkatan Ibadah
            Model terapi yang selanjutnya dengan melakukan ibadah-ibadah yang telah di wajibkan atas kita seperti salat, berpuasa, haji, zakat, dsb. Apabila kita melakukan kebenaran yang diperintahkan Allah niscaya kita  selalu berada dijalan kebenaran, jalan yang diridhai oleh Allah.
5.      Al baqarah 183
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Tafsir
            Wahai orang-orang yang beriman, Allah mewajibkan kamu berpuasa bulan Ramadhan kepada kalian sebagaimana dia telah mewajibkan puasa seperti itu kepada umat-umat sebelum kalian. Maka, laksanakanlah perintah ini sebagaimana mereka melaksanakannya. Karena, sesungguhnya didalam puasa itu terdapat hal-hal yang akan mengantarkan kalian kepada ketaqwaan. Hal-hal tersebut diantaranya adalah; ketaatan dalam melaksanakan perintah, mematahkan nafsu amarah, belajar bersabar, menjauhi larangan, melawan hawa nafsu, memerangi  setan, dan kesungguhan dalam beribadah.[14]    
Tafsir
            Sebagaimana telah diwajibkan: ini tidak berarti bahwa puasa dalam islam sama dengan ketentuan-ketentuan puasa sebelumnya, seperti jumlah hari, waktunya serta cara berpuasa, atau dalam peristiwa-peristiwa yang lain. Itu hanya berarti bahwa dasar-dasar pengorbanan kepentingan diri sendiri dengan berpuasa bukan hal baru.[15]
Tafsir
            Kewajiban berpuasa sepanjang ulan Ramadhan dan kemudahan-kemudahan yang dianugerahkan Allah swt. Bagi yang sakit maupun yang dalam perjalanan, yakni dengan melaksanakannya pada bulan-bulan lain. Demikian juga kemudahan bagi mereka yang mengalami kesulitan berat bila melaksanakannya. Ini dengan membayar fidyah berupa memberi makanan seorang miskin, untuk setiap hari dia tidak berpuasa. [16]
Asbabun Nuzul
Tidak ada       
Korelasi
            Pada surah Al baqarah 183 diberitahukan model terapi peningkatan ibadah dan ibadah yang dimaksud adalah puasa, dimana puasa sudah diwajibkan pula kepada umat-umat sebelumnya. Karena, sesungguhnya didalam puasa itu terdapat hal-hal yang akan mengantarkan kalian kepada ketaqwaan.
Analisi
            Menurut pemakalah ayat ini menjelaskan kewajiban berpuasa seperti yangAllah telah wajibkan kepada umat-umat sebelum kita, karena puasa mampu menambah ketaatan dalam melaksanakan perintah, mematahkan nafsu amarah, belajar bersabar, menjauhi larangan, melawan hawa nafsu, memerangi  setan, dan kesungguhan dalam beribadah.
, Demikian juga kemudahan bagi mereka yang mengalami kesulitan berat bila melaksanakannya. Ini dengan membayar fidyah berupa memberi makanan seorang miskin, untuk setiap hari dia tidak berpuasa.

6.      Al baqarah 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Tafsir
            Seorang sahabat bertanya, :wahai Rasulullah, apakah tuhan kita dekat dengan kita sehingga kami cukup bermunajat kepadanya ataukah dia itu jauh sehingga kami harus memanggil-manggilnya?” Makala Allah memerintahkan Rasulnya agar memberi kabar kepada hamba-hambanya bahwa dia maha mendengar, maha dekat, lagi maha mengabulkan, dia maha mendengar semua doa-doa, mengabulkan setiap permintaan, menghilangkan kesusahan, menyingkirkan duka cita, menjauhkan kesulitan, menjawab tuntutan, dan mengetahui setiap keadaan mereka.
            Seorang hamba harus meminta dan tidak boleh berputus asa dalam melakukannya, eorang hamba harus senantiasa memohon dan tidak berhenti dalam melakukannya. Kemurahan Allah itu sangat luas, pemberiannya sangat banyak, dan karunianya sangat besar.
            Setiap hamba harus taat kepada tuhan mereka dan mengikuti rasulnya dan mengamalkan syariatnya, membenarkan apa yang diturunkan didalam kitabnya, serta meyakini kebenaran apa-apa yan dibawa oleh rasulnya.
            Pelaksanaan perintahnya itu merupakan tindakan, keimanan adalah keyakinan, dan doa adalah ucapan. Sementara agama merupakan gabungan dari ucapan, amal, dan keyakinan. Barang siapa taat kepada Allah , berarti dia telah mendapat petunjuk, karena dia telah diberi ilham tentang mana jalan yang benar dan diberi kesempatan untuk beristiqamah, menjalani kebenaran, melawan hawa nafsu, dan mejauhi kesesatan, dan buah (hasil) dari amal saleh adalah bertambahnya iman dan balasan dari ketaatan adalah betambahnya hidayah.[17]
Tafsir
            Sudah tidak asing lagi dalam membicarakan masalah Ramadhan; tetapi tekanannya  disini dari segi rohani. Disebutkan juga tentang doa serta dekatnya tuhan kepada kita.[18]



Tafsir
            Ayat 186 hadir menjanjikan pengabulan doa bagi yang benar-benar berdoa, dan bahwa  yang berdoa hendaklah memperkenankan tuntunan Allah swt. Dan percaya kepada-Nya. [19]
Asbabun Nuzul
Tidak ada
Korelasi
            Pada surah Al baqarah 183 diberitahukan model terapi peningkatan ibadah dan ibadah yang dimaksud adalah berdoa, dan juga doa yang benar setiap harus hamba harus taat kepada tuhan mereka dan mengikuti rasulnya dan mengamalkan syariatnya, membenarkan apa yang diturunkan didalam kitabnya, serta meyakini kebenaran apa-apa yan dibawa oleh rasulnya.
Analisi
            Menurut pemakalah ialah kita diperintahkan untuk berdoa selalu meminta dan memohon kepada Allah karena hanya Allah yang maha mendengar, lagi mengabulkan, dan juga Setiap hamba harus taat kepada tuhan mereka dan mengikuti rasulnya dan mengamalkan syariatnya, membenarkan apa yang diturunkan didalam kitabnya, serta meyakini kebenaran apa-apa yan dibawa oleh rasulnya. Barulah doa yang dimintanya bisa terkabul.


7.      Al baqarah 197
ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٞ مَّعۡلُومَٰتٞۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي ٱلۡحَجِّۗ وَمَا تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٧
197. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Tafsir
            Musim haji adalah pada beberapa bulan yang telah ditentukan, yaitu pada bulan syawal, Dzu al-Qa’dah, dan sepuluh hari pertama dari bulan Dzu al-hijjah. Barang siapa telah mewajibkan atas dirinya untuk behaji pada bulan-bulan tersebut maka ia tida boleh menggauli (menyetubuhi) istrinya, bermaksiat pada Rabb-Nya, dan batahan-bantahan dengan sesamanya. Ini adalah hukum yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga dan orang lain.
            Dan seseorang yang ingin sempurna hajinya tidak cukup hanya dengan meninggalkan maksiat saja, tetapi juga ia harus menyempurnakan dengan berbagai perbuatan baik; perkataan yang bai, zikir, sedekah, dan berakhlak mulia. Sesungguhnya Allah maha mengetahui atas segala rahasia dan melihat apa yang tersembunyi didalam hati setiap orang, dan kelak dia akan menganggapnya   setiap orang sesuai dengan amalnya.
            Kalian harus menyiapkan bekal perjalanan yang cukup dan bisa memperlancar pelaksanaan haji kalian. Namun, jangan pula kalian melupakan bekal untuk akhirat kalan, yaitu berupa beramal saleh; karena sesungguhnya bekal inilah yang tersebar dan terpenting untuk menghadapi hari pembalasan.
            Wahai orang-orang berakal, takutlah kalian terhadap azab-Ku dan berhati-hatilah kalian dari siksa-Ku dengan mengerjakan ketaatan dan menjauhi kedurhakaan terhadap-Ku[20]
Tafsir
            Dianjurkan jamaah haji untuk membawa bekal, supaya jangan sampai terpaksa kelak meminta-minta. Tetapi biasanya pikiran kita langsung mengarah dari yang jasmani sifatnya kepada yang bersifat rohani. Kalau perbekalan itu diperlukan untuk perjalanan di muka bumi, betapa pula perbekalan diperlukan untuk perjalanan terakhir menuju akhirat? Maka perbekalan terbaik dalam hal ini, ialah tingkah laku baik, yang berarti sama dengan ketakwaan- takut melanggar perintah Allah.[21]
Tafsir
            Menyatakan bahwa masa melakukan ihram serta pelaksanaan ibadah haji adalah pada bulan-bulan tertentu, yakni syawal, Dzulqa’dah, serta sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Jamaah haji dipesan agar menghindari perdebatan yang mengarah kepada perselisihan, kedurhakaan, serta cabul dan seks, dan bahwa masing-masing harus membawa bekal. Bekal yang terbaik adalah takwa. Yakni bekal materi dan mental sehingga yang bersangkutan dapat terpelihara dari keterpurukan dalam kondisi negatif, baik fisik maupun mental. [22]
Asbabun Nuzul
Tidak ada
Korelasi
            Model terapi peningkatan ibadah haji, dan juga merupakan rukun islam ke lima, kenapa bisa menjadi model terapi disini jamaah haji harus menghindari perdebatan yang mengarah kepada perselisihan, kedurhakaan, serta cabul dan seks, dan bahwa masing-masing harus membawa bekal. Bekal yang terbaik adalah takwa. Yakni bekal materi dan mental sehingga yang bersangkutan dapat terpelihara dari keterpurukan dalam kondisi negatif, baik fisik maupun mental.
Analisis
            Pada ayat in perintah melakukan ibadah haji sebagai salah satu model terapi, dimana juga seseorang yang ingin sempurna hajinya tidak cukup hanya dengan meninggalkan maksiat saja, tetapi juga ia harus menyempurnakan dengan berbagai perbuatan baik; perkataan yang bai, zikir, sedekah, dan berakhlak mulia. Tidak lupa membawa bekal baik dunia maupun akhirat. Maka perbekalan terbaik dalam hal ini, ialah tingkah laku baik, yang berarti sama dengan ketakwaan- takut melanggar perintah Allah.


8.      At taubah 103
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٞ لَّهُمۡۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ١٠٣
103. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tafsir
Wahai Rasulullah s.a.w ambillaah dari orang-orang yang bertaubat karena ketidak itu seraan mereka didalam perang, sedekah harta mereka yang membersihkan jiwa mereka dari dosa dan sifat kikir, serta mensucikan harta mereka pun bertambah, dan doakanlah ampunan untuk mereka karena doamu menjadi penyebab turunnya ketenangan pada jiwa mereka
Allah SWT maha mendengar pengakuan akan kekurangan mereka dan doamu bagi mereka untuk memohon ampun dari Allah yang maha lembut lagi maha mengetahui. Dia maha mengetahui niat orang yang jujur dalam tobatnya dari yang tidak jujur[23]
Tafsir
            Orang yang sudah bertaubat, sesudah itu hendaknya diberi dorongan selalu untuk mengubah sikap dan tingkah lakunya. Rasa keakraban dalam persaudaraan akan memperkuat itikad baik mereka, dan masa lampaunya akan dihapus. Bila mereka sudah kembali kealam baka, mereka akan mengerti bahwa hanya suatu rahmatlah yang dapat menyelamatkan mereka, sama seperti orang-orang jahat, mata mereka baru akan terbuka bila melihat kenyataan yang sesungguhnya mengenai kemerosotan rohani mereka.[24]
Tafsir
            Menjelaskan salah satu cara pengampunan dosa atau amalan buruk yang dihapuskan dengan beramal saleh. Di sini Nabi saw. Diperintahkan (demikian juga para penguasa) bahwa: “Ambillah—atas nama Allah swt.—sebagian saja dari harta mereka sebagai zakat. Apa yang engkau ambil itu membersihkan jiwamereka dan mengembangkannya.” Lalu, Nabi saw. (dan siapapun yang menerima zakat/sedekah) diperintahkan untuk memohonkan keselamatan dan kesejahteraan bagi mereka. Karena itu, lanjut ayat ini: “sesungguhnya doamu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka,” dan sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah swt. Maha mendengar lagi maha mengetahui. [25]
Asbabun Nuzul
Tidak ada
Korelasi
            Peningkatan ibadah disini ialah berzakat, bagi mereka yang bertaubat dan diperintahkan oleh Allah kepada Rasul-Nya agar mengambil sebagian harta mereka dan di zakatkan dan Allah juga memerintahkan Rasul untuk mendoakan mereka karena doa Rasul akan menjadi penenang hati mereka.

Analisis
            Jadi, pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul agar mengambil harta dari orang-orang yang telah bertaubat sebagai zakat mereka dan zakat mampu menjalin tali silahturahmi lebih dalam antara sesama umat.

9.      Al maarij 19-34
 ۞إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا ١٩
إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعٗا ٢٠
 وَإِذَا مَسَّهُ ٱلۡخَيۡرُ مَنُوعًا ٢١
 إِلَّا ٱلۡمُصَلِّينَ ٢٢
ٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِهِمۡ دَآئِمُونَ ٢٣
 وَٱلَّذِينَ فِيٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ حَقّٞ مَّعۡلُومٞ ٢٤
لِّلسَّآئِلِ وَٱلۡمَحۡرُومِ ٢٥
 وَٱلَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ ٢٦
وَٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ عَذَابِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ ٢٧
 إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمۡ غَيۡرُ مَأۡمُونٖ ٢٨
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَٰفِظُونَ ٢٩
إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ٣٠
 فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ ٣١
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٣٢
وَٱلَّذِينَ هُم بِشَهَٰدَٰتِهِمۡ قَآئِمُونَ ٣٣
 وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِهِمۡ يُحَافِظُونَ ٣٤
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.
21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.
22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.
23. yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.
24. dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu.
25. bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).
26. dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan.
27. dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.
28. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).
29. Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya.
30. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
31. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
32. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
33. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.
34. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
Tafsir
Inilah sifat yang menjadi tabiat asli manusia, yaitu haluu’ (suka mengeluh), dia berkeluh kesah ketika mendapat musibah seperti kemiskinan, sakit, hilang yang dicintainya baik harta, istri maupun anak dan tidak menyikapinya dengan sikap sabar dan ridha kepada taqdir Allah.
Dan tidak menginfakkan harta yang Allah berikan kepadanya dan tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmatnya; dan dikeluh kesah ketika mendapat kesusahan dan menjadi kikir ketika mendapat kesenangan.
Yaitu orang-orang mukmin. Mereka apabila mendapat kebaikan, maka mereka bersyukur kepada Allah dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Allah berikan, dan apabila mereka mendapat kesusahan, maka mereka bersabar dan mengharabkan pahala.
Mereka senantiasa melakukan salat pada watunya  dengan memenuhi syarat dan penyempurnaanya. Mereka bukanlah orang yang tidak melaksanakan dan bukan pula yang mengerjakan jarang-jarang atau melakukannya secara kurang, untuk zakat dan sedekah.
Yakni beriman kepada apa yang Allah dan Rasul-nya beritakan, seperti kebangkitan dan pembalasan, mereka meyakininya dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Beriman kepada hari pembalasan mengharuskan pula beriman kepada rasul dan apa yang mereka bawa.
Oleh karena itulah, mereka menjauhi segala yang dapat membuat mereka diazab.
Oleh karena itu, mereka tidak menaruhnya ditempat yang haram seperti zina, homoseks, menaruhnya didubr atau ketiha istri haid, dsb. Mereka juga meninggalkan saran-saran yang haram yang dapat mendorong mereka berbuat keji.
Budak-budak belian yang didapat didalam peperangan orang kafir, bukan budak belian yang dapat di luar peperanan. Dalam peperangan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasaan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. Iman boleh melarang kebiasaan ini.
Yakni selain istrinya dan budaknya, seperti melakukan zina, homo seks, lesbian dsb, dari yang halal kepada yang haram, ayat ini juga menunjukkan haramnya nikah mut’ah (kontrak), karena keadaan wanitanya bukan istri yang dimaksudkan dan bukan pula budak
Mereka memeliharanya, melaksanakan kewajibannya dan berusaha memenuhinya. Amanah disini mencakup amanah antara seorang hamba dengan tuhannya seperti beban (kewajiban)agama dan beban-beban yang menjadi tanggung jawabnya yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah seperti titipan, maupun amanah antara seorang hamba denga hamba yang lain baik dalam hal harta maupun sesuatu yang dirahasiakan, baik janji antara dia dengan Allah maupun janji antara dia dengan hamba-hamba Allah. Janji ini akan di Tanya; apakah dia memenuhinya atau tidak.
Mereka bersaksi sesuai yang mereka ketahui tanpa menambah, mengurangi atau menyembunyikan, tidak memihak kepada kerabat, teman lainnya, tetapi dia lakukan karena mencari keridhaan Allah s.w.t sebagaimana firmannya, (tegakkanlah persaksian karena Allah). Dengan melaksanakannya pada waktunya, terpenuhi rukun dan syaratnya dan mengerjakan yang wajib dan sunnahnya.[26]
Tafsir
            Manusia, sesuai dengan rencana Allah, diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, tetapi untuk memenuhi tujuannya yang luhur ia diberi kebebasan berikhtiar yang terbatas. Salah menggunakan kebebasan ini akan membuat kodratnnya lemah, atau tergesa-gesa, atau serba gelisah, seperti dalam ayat ini. Itulah yangmenjadi kodratnya, karena tindakannya sendiri, tetapi  dia disebutkan demikian diciptakan karena kemampuan yang sudah diberikan kepadanya ketika diciptakan.
            Dalam keadaan serba sulit ia mengeluh dan jadi putus adsa. Bila mendapat  kemakmuran ia sombong dan melupakan hak orang lain dan segala kekurangannya.
            Uraian mengenai mereka yang tekun dalam salat diberikan dalam sejumlah ungkapan berikut-Nya, didahului dengan kata-kata “Mereka yang...” “Tekun mengerjakan salat” seperti dalam ayat ini, tetapi ungkapan lain sebagai yang beriman dan bertaqwa diuraikan disana sini. Tekun dalam salat tidak berarti hanya sekedar menjalankan ibadah formal tertentu atau sujud. Salat itu sepenuhnya berarti penyeraahan diri kepada Allah. Ini berarti suatu pendekatan yang sungguh-sungguh dan mewujudkan kehadiran Allah (“tetap setia mengerjakan salat”); beramal dan bersedekah  secara nyata; berusaha  membaca kehidupan ini dalam bahasa akhirat; mencari kedamaian degan Allah dan menghindari kemurkaan-Nya; kesucian; kejujuran; kesaksian yang benar dan teguh dan menjaga kesucian ibadahnya kepada Allah.
            Sedekah yang benar-benar sedekah ialah dengan mencari yang benar-benar dalam kekurangan, baik mereka meminta atau tidak meminta. Kebanyakan mereka yang meminta-minta orang malas yang secara kurang ajar mau hidup dari orang lain. Tetapi semua kasus mereka yang meminta itu harus diselidiki sebagaimana mestinya, kalau-kalau bantuan seperlunya pada waktu yang tepat bole diberikan untuk orang yang sesat di jalan. Tetapi orang yang punya kekayaan atau bakat atau kesempatan, tanggung jawabnya lebih jauh ialah mencari mereka yang memang benar-benar memerlukan bantuan, dengan maksud menunjukkan bahwa dia memang amanat untuk mengabdi kepada sesama makhluk.
            Orang yang benar-benar takut kepada Allah ialah yang takut melanggar hukum dan kehendak-Nya, dan karenanya ini sama dengan mencintai Allah. Takut itu bersumber dari kesadaran bahwa semua kedamaian dan ketenangan sejati datangnya karena kita menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah dan bahwa dosa itu menyebabkan pertentangan, ketidakserasian dan kemurkaan - kata lain untuk azab dari Allah.
            Sebagian orang menerjemahkan ayat “Dan terhadap kemurkaan Tuhan orang tak merasa aman:” artinya bahwa azab terhadap dosa dapat datang tiba-tiba setiap saat, ketika tidak diduga-duga samasekali.
            Tawanan-tawanan perang boleh dinikahi; tetapi status mereka lebih rendah dari perempuan-perempuan medeka sebelum mereka dimerdekakan. Kebiasaan tawanan perang semacam ini sekarang sudah tidak dipakai. Status yang lebih rendah ini, seperti yang sudah berlaku dalam status tawanan perang, bukan dalam status perkawinan yang memang tak mengenal tingkat-tingkat demikian, kecuali menurut adat setempat yang oleh Islam tidak diakui. (1524)
            Mengenai kewajiban yang berhubungan dengan amanat dan perjanjian, yang tersurat dan tersirat. Kewajiban itu begitu suci dala kehidupan sehari-hari, sma halnya seperti dalam hubungan agama secara khusus. Ditambah lagi kehidupan kita sendiri, begitu juga akal budi dan bakat yang kita miliki, juga harta kekayaan dan segala milik kita, semuanya itu adalah amanat, yang segala kewajibannya harus kita penuhi secermat dan sebaik mungkin.
            Kalau ada kebenaran apapun yang kita ketahui, sehingga untuk itu kita harus menjadi saksi, karena ini menyangkut kehidupan atau kepentingan sesama kita, kita harus berpegang teguh, jangan setengah-setengah, tanpa harus merasa takut atau pilih kasih meskipun itu akan merugikan atau menyusahkan kita, atau akan membuat kita kehilangan teman.
            Ibadah atau salat, sedekah dan perbuatan baik lainnya, termasuk pekerjaan terhormat. Menjagakesucian yang ideal ini berarti merangkum tugas manusia secara keseluruhan. Kita mulai dengan “tetap setia mengerjakan salat,” dan sesudah merenungkan kembali berbagai segi kehidupan manusia yang baik, diakhiri dengan kesucian ibadah, yakni hidup sesuai denganpandangan Allah.[27]
Tafsir
            Sesungguhnya jenis manusia diciptakan bersifat gelisah dan rakus[19]. Ini tercermin pada sikapnya yang apabila ia ditimpa walau sedikit—kesusahan, ia sangat berkeluhkesah[20], dan apabila ia mendapat kebaikan , seperti limpahan harta atau rezeki lainnya, ia amat kikir [21], kecuali mereka yang melaksanakan shalat [22], yakni yang senantiasa melakukannya pada waktunya ytanpa meninggalkan satu salat pun[23]. Juga orang-orang yang dalam harta mereka ada bagian tertentu yang mereka peruntukan bagi orang-orang yang butuh, baik berupa zakat maupun sedekah [24], baik yang  butuh dan meminta, maupun yang butuh tapi enggan dan malu meminta [25]. Dan juga orang-orang yang mempercayai keniscayaan hari pembalasan sehingga mempersiapkan bekal untuk itu [26]. Dan orang-orang yang sangat takut terhadap azab Tuhan mereka [27]. Karena mereka sadar bahwa sungguh azab Tuhan yang mereka sembah dan yang selama ini berbuat baik terhadap mereka tidaklah dapat dianggap remeh sehingga merasa aman dari kemungkinan jatuhnya menimpa mereka [28].
            Ayat 29 menjanjikan surge dan memuji orang-orang, baik perempuan maupun lalaki, yang selalu memelihara secara mantap kemaluan mereka [29], sehingga tidak menyalurkan kebutuhan biologisnya melalui hal dan dengan cara yang tidak dibenarkan agama, tetapi menyalurkan melalui pasangan-pasangan mereka yang sah menurut agama, atau budak wanita yang dipunyai oleh seorang pria. Bila demikian, maka sesungguhnya menyalurkan kebutuhan bioligis melalui pasangan atau budak mereka itu tidaklah dicela, yakni selama ketentuan agama tidak melanggar [30]. Barangsiapa mencari pelampiasan hawa nafsu selain yang disebut itu, maka mereka itulah pelampau-pelampau batasan ajaran agama dan moral, sehinga war dicela dan disiksa [31].
            Ayat 32 memuji dan menjanjikan surge untuk orang-orang yang selalu memelihara secara mantap amanat-amanat yang dipikulkan atas mereka olah Allah swt. Atau oleh manusia, baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat dan juga memenuhi perjanjian yang mereka jalin dengan pihak lain, yakni menunaikan sebaik mngkin, tidak menyia-nyiakan atau menghilangkan, tidak juga mengurangi atau merusak [32]. Demikian juga orang-orang yang merupakan penegak-penegak kesaksian mereka, akni yang memikl dan menunaikan secara baik dan sempurna kesaksian mereka tanpa dipengaruhi oleh siapa dan apapun [33].
            Akhirnya, rangkaian sifat-sifat terpuji ini diakhiri oleh ayat 34 dengan menekankan sekali lagi tentang salat dengan menyatakan bahwa yang dijanjikan surge termasuk orang-orang yang selalu memelihara salat-salat mereka, yakni antara lain memelihara waktunya serta memelihara pula rukun, wajib, dan sunah-sunahya [34].[28]
Asbabun Nuzul
Tidak ada
Korelasi
            Disini peningkatan ibadah yang dimaksud ialah salat telat waktu dengan salat maka seseorang akan mudah bersyukur dan bersabar dari segala kelebihan dan kekurangan yang dia miliki, dan lagi bagi umat yang bisa memelihara secara mantap kemaluan mereka kecuali terhadap istri ataupun budak mereka
Analisis
            Pada ayat ini dijelaskan tentang tegakkan salat karena salat dapat mencegah perbuatan mungkar karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang berkeluh kesah dan putus asa, dan peliharalah kemaluan dari selain istri atau budak, maka orang-orang yang mampu menjaga kebutuhan biologis mereka ajan dipuji oleh Allah dan akan dihadiahkan surga kepada mereka.
D.    Kesimpulan
            Dari Makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa Islam sangat memperhatikan umatnya sampai memiliki model terapinya tersendiri yaitu Islam mengharuskan umatnya untuk lebih meningkatkan Taqwa-Nya kepada Allah seperti menjauhi larangan dan menaati perintahnya, dan juga perintah melakukan ibadah yang telah dianjurkan dalan Islam seperti solat, Puasa dan Sebagainya, yang dijelaskan pula keuntungan dan kerugiannya bila meninggalkan ibadah.
            Tujuan nya tidak lain agar umat Islam mampu membuat Diri mereka menjadi lebih dekat dengan Allah dan semakin mendapatkan ketenangan hidup dan mampu melancarkan masalh-masalh dalam kehidupan mereka.
Daftar Pustaka
Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993.
A.Mudjab Mahali. Asbabun nuzul, Jakarta. PT: Raja Grafindo Persada, 2002.
Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, Jakarta:  Qisthi Press, 2001.
Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, Tanggerang: Lentera hati, 2012
Alquran In Word



[1] Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.70
[2] Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h.415
[3] Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.515
[4]  Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.160
[5]  Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h.192
[6] Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.245
[7] Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.236
[8]  Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h.1433
[9] Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h. 187
[10] A.Mudjab Mahali. Asbabun nuzul, (Jakarta. PT: Raja Grafindo Persada, 2002).h. 88
[11] Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.125
[12] Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h.1484
[13] Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.307
[14]  Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.78
[15]  Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h.78
[16] Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.57
[17]  Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.79
[18]  Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h.80
[19]  Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.59
[20]  Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.84
[21]Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h. 86
[22]  Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.63
[23]  Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.213
[24]  Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h.186
[25]  Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.103
[26]  Al- Qarni,’Aidh. Tafsir Muyassar, (Jakarta:  Qisthi Press, 2001).h.316
[27]  Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1993).h.1523
[28]  Shihab, M.Quraish. Al-Lubab, (Tanggerang: Lentera hati, 2012).h.389

Tidak ada komentar:

Posting Komentar