BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Meliputi Tuhan,manusia dan alam
semesta.Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa
adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari
luasnya ruang lingkup filsafat. Sistematika filsafat secara garis besar ada
tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu;epistemologi atau teori pengetahuan
yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan,ontologi atau teori hakikat
yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan
aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan.Mempelajari
ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu
luas ruang lingkup dan pembahansannya. Ketiga
teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,hanya saja berangkat
dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.Epistemologi sebagai teori pengetahuan
membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan
dapat membedakan dengan yang lain.Ontologi membahas tentang apa objek yang kita
kaji,bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.Sedangkan
aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan
pengetahuan di atas,klasifikasi,tujuan dan perkembangannya.
2.
Rumusan Masalah
Mengacu
kepada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, rumusan masalah dari
makalah ni sebagai berikut :
1. Apa itu ontologi,epistemologi
dan aksiologi ?
3.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini dalah untuk menjelaskan lebih mendalam terhadap
rumusan masalah di atas, antara lain :
1.
Menjelaskan Apa itu
ontologi,epistemologi dan aksiologi.
BAB II
PEMBAASAN
PEMBAASAN
A.
Ontologi
Ontologi
adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal yang berkenaan
dengan segala sesuatu yang ada atau the existence khususnya esensinya.Dalam
dictionary of philosophy,James K Frebleman mengatakan bahwa ontologi adalah
“the theory of being qua being” teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan.Menurut Aristoteles ontologi adalah the first of philosophy dan
merupakan ilmu mengenai esensi benda.Dari sekian definisi ini dapat disimpulkan
bahwa ontologi adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas
atau mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun
riil.Ontologi di sini membahas semua yang ada secara universal,berusaha mencari
inti yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam segala
bentuknya.Jadi objek dari ontology adalah segala yang ada dan tidak terikat
pada satu perwujudan tertentu(hakikat).Hasbullah Bakry mengatakan bahwa
ontology mempersoalkan bagaimana menerangkan hakekat segala yang ada baik
jasmani maupun rohani dan hubungan antara keduanya.
Dalam
penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang hakekat,lahirlah mazhab-mazhab
ontology yang mencoba menjawab semuanya melalui beberapa pendekatan yang
berbeda yaitu;Naturalisme,Materialisme,Idealisme,hylomorphisme dan Logic
Empiric.nbUntuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu kelima mazhab
tersebut secara umum saja.
a.
Naturalisme
Menurut
Hasbullah Bakri naturalisme juga mempersoalkan bagaimana menerangkan hakikat
segala yang ada baik rohani maupun jasmani serta hubungan keduanya.Penganut
naturalisme modern beranggapan bahwa kategori pokok tentang kenyataan adalah
kejadian-kejadian kealaman.Jadi menuurut paham naturalisme ini semua kenyataan
itu pasti bersifat kealaman yang dapat ketahui dengan bebagai kejadian alam.
b.
Materialisme
Materialisme
adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan
merupakan unsur-unsur yang membentuk alam.Menurut penganut materialisme hakikat
dari suatu benda adalah benda itu sendiri atau wujud materi dari benda tersebut
dan dunia fisik itu adalah satu.
c.
Idealisme
Idealisme
adalah pandangan dunia metafisik yang mengatakan bahwa realitas terdiri atas
atau sangat erat hubungannya dengan ide-ide,fikiran,akal dan jiwa.Jadi
Idealisme juga merupakan ajaran kefilsafatan yang berusaha menunjukkan agar
kita dapat memahami materi atau tatanan kejadian yang terdapat dalam ruang dan
waktu sampai pada hakikat terdalam dengan menggunakan ide,akal,fikiran-fikiran
dan jiwa atau ruh.[1]
d.
Hylomorphisme
Secara
etimologi hylomorphisme berasal dari bahasa yunani yaitu hylo yang berarti
materi atau substansi dan morph atau bentuk.Dari sini dapat disimpulkan bahwa
tidak satu hal-pun yang ragawi itu bukan merupakan kesatuan dari esensi dan
eksistensi.Esensi adalahsegi tertentu dari yang ada yang memasuki akal kita
sehingga dapat diketahui atau bisa dibilang wujud nyata suatu benda yang
pertama kali dapat menyentuh akal kita saat melihatnya.Menurut Mariatin esensi
adalah sesuatu yang terdapat pada obyek manapun yang dipikirkan secara langsung
dan yang pertama dihadapkan pada akal.Sedangkan eksistensi adalah hal-hal yang
satu demi satu bersifat khusus,mandiri dan mempunyai sarana lengkap untuk
berada dan berbuat.
e.
Logic Empiric
Logika
adalah ilmu yang memberikan peraturan-peraturan yang harus diikuti agar dapat
berfikir valid sedangkan empris adalah pengalaman-pengalaman atau fakta.Jadi
Logic empiricism di sini adalah semua pandangan yang sampai saat ini telah
dibicarakan mendasarkan diri pada penalaran akal dan semuanya memakai perangkat
fakta yang sama sebagai landasan penopang untuk menunjukkan kebenarannya.
B.
Epistemologi
Epistemologi
atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai
metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme,
metode kontemplatis dan metode dialektis.
Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani
yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat
episteme, pengetahuan; dan
logos,theory.Epistemologi adalah cabang ilmu
filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu
pengetahuan.Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu,
ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim
(subjek) dan ma'lum (objek)[2].Atau
dengan kata lain,epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul,
asumsi dasar, sifat-sifat,dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu
penting dalam menentukan sebuah model filsafat.Dengan pengertian ini
epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan,bahkan menentukan
“kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
Manusia
dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang
berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti,dari manakah
saya berasal?Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam?.Apa hakikat
manusia?.Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?.Apa faktor
kesempurnaan jiwa manusia?.Mana pemerintahan yang benar dan adil?Mengapa
keadilan itu ialah baik?Pada derajat berapa air mendidih?Apakah bumi mengelilingi
matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain.Tuntutan fitrah
manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi
atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya.
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat
dan berupaya mengetahui
sesuatu yang tidak diketahuinya.Manusia sangat
memahami dan menyadari bahwa:
a.
Hakikat itu ada dan nyata;
b.
Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat
itu;
c.
Hakikat itu bisa dicapai,diketahui,dan
dipahami;
d.
Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan,dan
makrifat atas hakikat itu.
Akal
dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya,dan
jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.
Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan
yang baru,misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu
benar-benar ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah
bersumber dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas
bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu
bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya?Apakah kita yakin
bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu?.Sangat mungkin pikiran kita
tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya,
keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara
para pemikir di sepanjang sejarah manusia?
Persoalan-persoalan
terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya,yakni
persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu
ada,akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini,keberadaan hakikat itu
justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan.Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh berikut ini.Seseorang sedang melihat suatu pemandangan yang jauh dengan
teropong dan melihat berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang
berbeda,lantas dia meneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai
pertanyaan-pertanyaan tentangnya.Dengan perantara teropong itu sendiri,dia
berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang
dilihatnya.Namun, apabila seseorang bertanya kepadanya:Dari mana Anda yakin
bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna,bentuk dan ukuran
benda-benda tersebut? Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu
memiliki ukuran besar atau kecil?.Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat
dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh
teropong.Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kebenaran yang dihasilkan
oleh teropong.Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang keberadaan
realitas eksternal,akan tetapi yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu
sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh.
Keraguan-keraguan
tentang hakikat pikiran,persepsi-persepsi pikiran,nilai dan
keabsahan pikiran,kualitas pencerapan pikiran
terhdap objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran,dan
sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap
objek eksternal,masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi
manusia.Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda
hakiki dan kenyataan eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan
makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra. Semua persoalan ini
dibahas dalam bidang ilmu epistemologi.
Dengan
memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok
pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan.Dalam hal ini, dua
poin penting akan dijelaskan:
a)
Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek
epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti
ilmu hushûlî.Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah
menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai
berikut:
·
Makna leksikal ilmu adalah sama dengan
pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi,
keterampilan,kemahiran dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî,
hushûlî,ilmu Tuhan, ilmu para malaikat dan ilmu manusia.
·
Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala
bentuk penyingkapan.Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam.Makna ini
mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî.
·
Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî
dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik).
·
Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum
yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakini.
·
Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang
bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternal.
·
Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi
universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan
masalah-masalah sejarah dan geografi.
·
Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal
yang bersifat empirik.
b)
Sudut pembahasan; yakni apabila subyek
epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka dari sudut mana subyek ini
dibahas,karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan
psikologi.Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu.
Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu.
Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi
pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok
kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan
ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan
adalah dibahas dalam ilmu logika.Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari
aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut
pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang
perbedaan-perbedaan ilmu.
Dalam
epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan
observasi ilmu, dan batasan-batasan pengetahuan.Dan dari sisi ini, ilmu hushûlî
dan ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian,
ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa
dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi.
C.
Aksiologi
Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya.Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani
yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh.Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai
merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan
nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap
insan.
Aksiologi
adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.Jadi
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau
kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan
di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai
ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.Ilmu tidak bebas nilai.Artinya
pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat
dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama,
bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Dalam aksiologi, ada dua penilain
yang umum digunakan yaitu;
I.
Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas
secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral.Kajian etika lebih fokus
pada prilaku,norma dan adat istiadat manusia.Etika merupakan salah-satu cabang
filsafat tertua.Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa
Sokrates dan para kaum shopis.Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan,
keutamaan, keadilan dan sebagianya.Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang
ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,sistematis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari
pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah
norma-norma,adat,wejangan dan adat istiadat manusia.Berbeda dengan norma itu
sendiri,etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan,
melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar.Tujuan dari etika adalah
agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Didalam
etika,nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.Maksudnya
adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab,baik tanggung jawab
terhadap diri sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap tuhan sebagai sang
pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat
teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme, eudemonisme,
utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral yang menyamakan
baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap
kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia itu sendiri
adalah kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat
bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan
memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak
kodrati. Selanjutnya deontologi, adala h pemikiran tentang moral yang
diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti
sesungguhnya hanyalah kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara
terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan
baik oleh kehendak manusia.
II.
Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang
mempersoalkan tentang nilai keindahan.Keindahan mengandung arti bahwa didalam
diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan
harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah
suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik
melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu
kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan
perasaan.Misalnya kita bengun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa
sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan.Meskipun sesungguhnya pagi itu
sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal
ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya
memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya
tetap merupakan perasaan.
Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu,baik
itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu
sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat
mengubah wajah dunia.Berkaitan dengan hal ini,menurut Francis Bacon seperti
yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah
kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi
umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu,
bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena
ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan
hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik
ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui
kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat
memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal,yaitu:
a.
Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan
memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia
atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang
suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka
sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari
teori-teori filsafat ilmu.
b.
Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua
teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat
ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
c.
Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan
masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak
masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita
tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah
masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai
dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan
amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara
tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah
yang berkembang dalam kehidupan manusia.
d.
Nilai itu bersifat objektif,
Tapi kadang-kadang bersifat
subjektif.Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan
pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran
pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai
menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran
manusia menjadi tolak ukur penilaian.
e.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu?
Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima
oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor
yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak
pada objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris dengan
mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang
ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan
eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada
proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya be rhasil dengan baik.
Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai
subjektif.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1.
SIMPULAN
Filsafat sangat luas pembahasannya yang mana
objek materinya meliputi segala yang ada bahkan yang mungkin ada sekalipun baik
tampak maupun tidak.Penelitian tentang filsafat terus berkembang dan tak kan
pernah berhenti,sehingga sampai saat ini banyak sekali penemuan-penemuan para
filsuf.
Secara garis
besar ada tiga bagian struktur filsafat yaitu;epistemologi,ontologi dan
aksiologi.Epistemologi atau teori pengetahuan membahas tentang bagaimana kita
memperoleh pengetahuan,ontologi atau teori hakikat membahas tentang hakikat
segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai
membahas tentang guna pengetahuan.
2.
SARAN
Demikianlah
tugas penyusunan makalah ini Kami persembahkan. Harapan kami dengan Adanya
pembahasan yang saya sampaikan ini bisa bermanfaat dan bisa difahami oleh para
pembaca. Kritik dan saran sangat Saya harapkan dari para pembaca, khususnya
dari Dosen dan para Mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini. Apabila ada
kekurangan atau kehilafan dalam
penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar besarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
www.philosopherscommunity.blogspot.com/2012/05/filsafat-ontologi-epistemologi-dan.html
Hanafi,
Ahmad.MA,. Pengantar Filsafat Islam.Jakarta, 1996
www.
historia-rockgill.blogspot.com/2011/12/definisi-aksiologiontologi-dan.html
Zar,
Sirajuddin.MA. Filsafat Islam. Jakarta, 2004
Rizal,
Syamsul. S.HI., Pengantar Filsafat slam. Bandung,2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar