BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Dakwah
sudah mulai di jalankan dari ketika masa Rasulullah SAW, yang memulai debut
dakwah nya secara sembungi-sembungi hingga terang-terangan, dan dakwah masih
dijalankan hingga saat ini.
Seiring
bergantinya zaman, maka lahirlah Ilmu manajemen yang memili tujuan mengatur dan
memimpin, maka pengabungan dua ilmu ini lahirlah suatu ilmu positif yang sangat
berguna bagi para da’i, pada makalah ini saya akan membahas apa itu Manajemen
dakwah !
2.
Rumusan Masalah
Mengacu
kepada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, rumusan masalah dari
makalah ni sebagai berikut :
1.
Hubungan Manajemen Dan Dakwah ?
3.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan
makalah ini dalah untuk menjelaskan lebih mendalam terhadap rumusan masalah di
atas, antara lain :
1. Menjelaskan
Hubungan Manajemen Dakwah !
BAB II
PEMBAASAN
PEMBAASAN
1.
PENGERTIAN MANAJEMEN DAKWAH
Menurut Prof. DR. H. M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah
adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni manajemen dan dakwah.
Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang sangat berbeda sama
sekali. Istilah yang pertama, berangkat dari disiplin ilmu yang sekuler, yakni
Ilmu Ekonomi. Ilmu ini diletakan di atas paradigma materialistis. Prinsipnya
adalah dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Sementara itu istilah yang kedua berasal dari lingkungan
agama, yakni Ilmu Dakwah. Ilmu ini diletakan di atas prinsip, ajakan menuju
keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan intimidasi serta tanpa bujukan
dan iming-iming material. Ia datang dengan tema menjadi rahmat semesta alam.
Manajemen dakwah untuk mengatur dan mengantarkan dakwah tepat sasaran mencapai
tujuan yang diharapkan yag mmengandung edukasi, kritik dan kontrol sosial
sebagai sarana penyampaian informasi ajaran islam.
Rosyad Sholeh mengartikan manajemen dakwah:
Rosyad Sholeh mengartikan manajemen dakwah:
sebagai proses
perencanaan, tugas, pengelompokkan tugas, menghimpun dan menetapkan tenaga-tenaga
pelaksana dalam kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah pencapaian
tujuan dakwah. Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah
pengaturan secara sisitematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktifitas
dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan
dakwah.
Dalam redaksi lain yang maknanya sama dengan Manajemen
Dakwah yaitu manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan
Ramayulis adalah:
proses pemanfaatan
semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya)
baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui
kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
2.
TUJUAN MANAJEMEN DAKWAH
Tujuan adalah sesuatu hasil (generalis) yang ingin
dicapai melalui proses manajemen. Pengertian tujuan dan sasaran hampir sama
bedanya hanya gradual saja, tujuan maknanya hasil yang umum sedangkan sasaran
berarti hasil yang khusus. Tujuan menurut G. R. Terry adalah hasil yang
diinginkan yang melukiskan skop yang jelas, serta memberikan arah kepada
usaha-usaha seorang manajer. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam
suatu rencana, karena itu hendaknya tujuan ditetapkan ”jelas, realistis, dan
cukup cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan dari
alternatif-alternatif yang ada.
Tujuan merupakan sebuah pernyataan yang memiliki makna,
yaitu keinginan yang dijadikan pedoman bagi manajemen puncak organisasi untuk
meraih hasil tertentu.
·
Tujuan [objective] diasumsikan berbeda engan sasaran [goals]. Dalam tujuan
memiliki target-target tertentu untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan sasaran adalah pernyataan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak
untuk menentukan arah organisasi dalam jangka panjang.
·
Tujuan umum dakwah [mayor objective] merupakan sesuatu yang hendak dicapai
dalam aktivitas dakwah. Ini berarti, bahwa tujuan dakwah masih bersifat umum
[ijmali] dan utama, dimana seluruh gerak langkah proses dakwah harus ditujukan
dan diarahkan padanya. Dengan demikian, tujuan dakwah secara umum sebagaimana
yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an adalah mengajak umat manusia [meliputi orang
mukmin maupun orang kafir atau musyrik] kepada jalan yang benar yang diridhai
Alllah SWT. Untuk memudahkan dalam pelaksanaanya, maka tujuan-tujuan yang
bersifat umum tersebut harus diklasifikasikan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih
operasional dan spesifik sehingga dapat dievaluasi keberhasilan yang telh
dicapai. Perumusan suatu tujuan diperlukan sebuah kejelasan [clarity] dan
operasional. Artinya, tujuan yang dirumuskan tidak terlalu ideal, bertele-tele
bahasanya,dan kemungkinan mampu unttuk dikerjakan.
Dalam redaksi lain bahwa Tujuan dakwah secara umum adalah
mengubah perilaku sasaran agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi,
keluarga maupun sosial kemasyarakatnya, agar mendapatkan keberkahan dari Allah
Swt. Sedangkan tujuan dakwah secara khusus dakwah merupakan perumusan tujuan
umum sebagai perincian daripada tujuan dakwah Tujuan ini dimaksudkan agar dalam
pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui ke mana arah dan
maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dengan
cara yang bagaimana dan sebagaimana dengan cara yang terperinci. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari over lopping dalam kegiatan dakwah dengan yang
lainnya. Hal ini disebabkan karena luasnya tujuan dakwah, maka dapat
diklasifikasikan ke dalam tujuan urgen dan tujuan incidental.
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang
ingin dicapai dan diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah yaitu Kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah Swt.
Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya mengemukakan tujuan dakwah bahwa pada khususnya
tujuan dakwah itu ialah:
·
Mengajak umat manusia yang sudah memeluk islam untuk selalu meningkatkan
taqwanya kepada Allah swt.
·
Membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf.
·
Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah (memeluk
agama islam).
·
Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fithrahnya
Sementara itu M. Natsir, dalam serial dakwah Media Dakwah
mengemukakan, bahwa tujuan dari dakwah itu adalah memanggil kita pada syariat,
untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau
persolanan rumah tangga, berjamaah masyarakat, berbangsa-bersuku bangsa,
bernegara dan berantar-negara. Memanggil kita pada fungsi hidup sebagai hamba
Allah di atas dunia yang terbentang luas yang berisikan manusia secara
heterogen, bermacam karakter, pendirian dan kepercayaan, yakni fungsi sebagai syuhada’ala
an-naas, menjadi pelopor dan pengawas manusia. Memanggil kita kepada tujuan
hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.
Secara umum tujuan dan kegunaan manajemen dakwah adalah
untuk menuntun dan memberikan arah agar pelaksaan dakwah dapat diwujudkan
secara professional dan proporsional. Artinya, dakwah harus dapat dikemas dan
dirancang sedemikian rupa sehingga gerak dakwah merupakan upaya nyata yang
sejuk dan mnyenangkan dalam usaha meningkatkan kualitas akidah dan spiritual,
sekaligus kualitas kehidupan social, ekonomi, budaya, dan politik umat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Searah dengan itu, pendekatan pemecahan masalah harus merupakan pilihan utama dalam dakwah. Untuk pengembangan strategi pendekatan pemecahan masalah tersebut penelitian dakwah harus dijadikan aktivitas pendukung yang perlu dilakukan, karena dari hasil penelitian akan diperoleh informasi kondisi objektif dilapangan baik yang berkenaan dengan masalah internal umat sebagai objek dakwah maupun hambatan dan tantangan serta factor pendukung dan penghambat yang dapat dijadikan potensi dan sumber pemecahan masalah umat dilapangan.
Searah dengan itu, pendekatan pemecahan masalah harus merupakan pilihan utama dalam dakwah. Untuk pengembangan strategi pendekatan pemecahan masalah tersebut penelitian dakwah harus dijadikan aktivitas pendukung yang perlu dilakukan, karena dari hasil penelitian akan diperoleh informasi kondisi objektif dilapangan baik yang berkenaan dengan masalah internal umat sebagai objek dakwah maupun hambatan dan tantangan serta factor pendukung dan penghambat yang dapat dijadikan potensi dan sumber pemecahan masalah umat dilapangan.
Jadi, pada hakikatnya tujuan manajemen dakwah di samping
memberikan arah juga di maksudkan agar pelaksaan dakwah tidak lagi berjalan
secara konvensional seperti tabligh dalam bentuk pengajian dengantatap muka
yanpa pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis
dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya. Meskipun disadari bahwa kita tidak
boleh menafikan bagaimana pengaruh positif kegiatan tabligh untuk membentuk
opini masyarakat dalam menyikapi ajaran Islam pada kurun waktu tertentu
terutama pada lapisan masyarakat menengah ke bawah. Akan tetapi, agaknya metode
itu tidak mungkin lagi dipertahankan seluruhnya kecuali untuk hal-hal yang
bersifat informative dan bersifat missal, karena dalam konteks kekinian sudah
semakin tidak digemari terutama oleh generasi muda dan kaum intelektual.
Akhirnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara
umum tujuan dan kegunaan manajemen dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan
arah agar pelaksanaan dakwah dapat diwujudkan secara professional dan
proporsional. Dan pada hakikatnya tujuan manajemen dakwah disamping memberikan
arah juga dimaksudkan agar pelaksanaan dakwah tidak lagi berjalan secara
konvensional seperti tabligh dalam bentuk pengajian dengan tatap muka tanpa
pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis dan
sulit untuk dievaluasi keberhasilannya
3.
FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH
Fungsi manajemen dakwah terbagi menjadi 4 yaitu:
Fungsi manajemen dakwah terbagi menjadi 4 yaitu:
a. Takhtith (Perencanaan
dakwah )
Perencanaan (takhtith)
merupakan starting point dari aktivitas manajerial. karena bagaimanapun
sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan.
Karena perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk
memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang optimal. Alasanya,
bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha mencapai tujuan. Jadi perencanaan
memiliki peran yang signifikan, karena ia merupakan dasar dan titik tolak dari
kegiatan pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu, agar proses dakwah dapat
memperoleh hasil yang maksimal, maka perencanaan itu merupakan sebuah
keharusan. Segala sesuatu itu pasti membutuhkan rencana. Dalam aktivitas
dakwah, perencanaan dakwah bertugas menentukan langkah dan program dalam
menentukan setiap sasaran, menentukan sarana-prasarana atau media dakwah, serta
personel da'i yang akan diterjunkan. Menentukan materi yang cocok untuk
sempurnanya pelaksanaan, membuat asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi
yang kadang-kadang dapat memengaruhi cara pelaksanaan program dan cara
menghadapinya serta menentukan alternatif-alternatif, yang semua itu merupakan
tgas utama dari sebuah perencanaan.
Sementara itu Rosyad Saleh, dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam menyatakan, bahwa perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang dan sistematis, mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka menyelenggarakan dakwah.
Sementara itu Rosyad Saleh, dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam menyatakan, bahwa perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang dan sistematis, mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka menyelenggarakan dakwah.
b. Tanzhim
(pengorganisasian, penyusunan)
Pengorganisasian adalah
seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung
jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingg tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka menacapai suatu tujuan
yang telah ditentukan.
Sementara itu, Rosyid Saleh mengemukakan bahwa rumusan pengorganisasian dakwah itu adalah “rangkaian aktivita menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi setiap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau petugasnya.
Sementara itu, Rosyid Saleh mengemukakan bahwa rumusan pengorganisasian dakwah itu adalah “rangkaian aktivita menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi setiap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau petugasnya.
c. Tawjih (Penggerakan
dakwah)
Penggerakan dakwah
merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas
dakwah dilaksanakan. Dalam penggerakan dakwah ini, pimpinan menggerakan semua
elemen organisasi untuk melakukan semua aktivitas-aktivitas dakwah yang telah
direncanakan, dan dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisir, di
manafungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku
dakwah. Selanjutnya dari sini juga proses perencanaan,pengorganisasian dan
pengendalian atau penilaian akan berfungsi secara efektif.
Adapun pengertian penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan orrganisasi dengan efisien dan ekonomis. Motiving secara implicit berarti, bahwa pimpinan organisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, instruksi, nasihat, dan koreksi jika di perlukan.
Adapun pengertian penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan orrganisasi dengan efisien dan ekonomis. Motiving secara implicit berarti, bahwa pimpinan organisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, instruksi, nasihat, dan koreksi jika di perlukan.
d. Riqabah (Pengendalian
Dan Evaluasi Dakwah)
Pada organisasi dakwah,
penggunaan prosedur pengendalian ini diterapkan untuk memastikan langkah
kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana dan penggunaan sumber daya
manusia secara efisien. Pengendalian juga dapat dimaksudkan sebagai sebuah
kegiatan mengukur penyimpangan dari prestasi yang direncanakan dan menggerakan
tindakan korektif.
4.
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN DAKWAH
a. Da’i (Subjek Dakwah)
Da’I adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik
secar langsung atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan atau perbuatan untuk
mengamalkan ajaran-ajaran islam atau menyebarluaskan ajaran islam, melakukan
upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut ajaran islam. Da’i dalam
posisi ini disbut subjek dakwah, yaitu pelaku dakwah yang senantiasa aktif
menyebarluaskan ajaran islam.
b. Maudu (Pesan Dakwah)
Maudu atau pesan dakwah adalah pesan-pesan, materi atau
segala sesuatu yang harus disampaikan oleh da’i (subjek dakwah) kepada mad’u
(objek dakwah), yaitu keseluruhan ajaran islam, yang ada di dalam Kitabullah
maupun Sunah Rasul-Nya. Atau disebut juga al-haq (kebenaran hakiki) yaitu
al-Islam yang bersumber al-Quran (lihat QS. al-Isra [17]:105)[1]
c. Uslub (Metode Dakwah)
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos,
merupakan gabungan dari kata meta yang berarti melalui, mengikuti, sesudah, dan
kata bodos berarti jalan, cara. sedangkan dalam bahasa arab metode disebut
Thariq atau thariqah yang berarti jalan atau cara. kata-kata tersebut identik
dengan kata al-ushlub.. Metode dakwah (ushlub al-Da’wah) adalah suatu cara dalam
melaksanakan dakwah, menghilangkan rintangan atau kendala-kendala dakwah, agar
mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efisien.
d. Wasilah al-Da’wah
(Media Dakwah)
Secara bahasa wasilah merupakan bahasa arab, yang bisa
berarti: al-wushlah, al-ittishal, yaitu segala hal yang dapat menghantarkan
tercapainya kepada sesuatu yang dimaksud. Media dakwah adalah ayat objektif
yang menjadi saluran yang dapat menghbungkan ide dengan umat, suatu elemen yang
vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah yang keberadaannya sangat
urgent dalam menentukan perjalanan dakwah.
e. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u atau sasaran (objek) dakwah adalah seluruh manusia
sebagai makhluk Allah yang dibebani menjalankan agama Islam ddan diberi
kebebasan untuk berikhtiar, kehendak dan bertanggug jawab atas perbuatan sesuai
dengan pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum,
massa, dan umat manusia seluruhnya. Sebagai makhluk Allah yang diberi akal dan
potensi kemampuan berbuat baik dan berbuat buruk, sebagai makhluk yang terken
sifat lupa akan janji dan pengakuannya bahwa Allah adalah Tuhannya ketika di
alam ruh sebelum ruh tersebut bersatu dengan jasad.
f. Atsar (efek dakwah)
Atsar sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari
proses) dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para
da'i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka
selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan
langkah-langkah dakwah berikutnya.
5.
LANDASAN MANAJEMEN DAKWAH
Landasan normatif dari manajemen dakwah yaitu Al-Quran
dan As-Sunnah yang dijadikan pijakan sekaligus sumber mengapa dakwah akan terus
dilaksanakan dan diperjuangkan oleh pengembangnya yaitu umat Islam. Sebagai
landasan manajemen dakwah secara normative, dalam al-Quran, terdapat banyak
ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat Islam, sebagai upaya menyeru umat
manusia agar melaksanakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk.
Al-quran merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Selai itu, ia juga berfungsi sebagi kitab yang diturunkan agar manusia keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang atau cahaya kebenaran. Ia juga berfungsi sebagai rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin. Dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat Islam, sebagai upaya menyeru umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk.
Al-hadits adalan informasi tentang sunnah Nabi yang merupakan bayan utama atas al-quran sebagai kitab dakwah dan sekaligus mengaktualisasikan uswah hasanah dalam melaksanakan dakwah Islam. Sederetan sunnah Nabi, baik yang bersifat tekstual maupun kontekstual sudah begitu jelas menempatkan posisi penting dakwah.
Dalam kaitan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan. Dibutuhkan sebuah pengaturan, dan manajerial yang baik, ruang lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dawah itu sendiri.
Al-quran merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Selai itu, ia juga berfungsi sebagi kitab yang diturunkan agar manusia keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang atau cahaya kebenaran. Ia juga berfungsi sebagai rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin. Dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat Islam, sebagai upaya menyeru umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk.
Al-hadits adalan informasi tentang sunnah Nabi yang merupakan bayan utama atas al-quran sebagai kitab dakwah dan sekaligus mengaktualisasikan uswah hasanah dalam melaksanakan dakwah Islam. Sederetan sunnah Nabi, baik yang bersifat tekstual maupun kontekstual sudah begitu jelas menempatkan posisi penting dakwah.
Dalam kaitan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan. Dibutuhkan sebuah pengaturan, dan manajerial yang baik, ruang lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dawah itu sendiri.
6.
PRINSIP MANAJEMEN DAKWAH
¥ Prinsip Konsolidasi
Prinsip ini menandung
makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan mantap dan
stabil, jauh dari konflik, dan terhidar dari perpecahan, baik lahiriah maupun
batiniah. (QS. Ali Imran : 103)
¥ Prinsip Koordinasi
Prinsip ini berarti organisasi dakwah harus mampu
memperliahtkan kesatuan gark dalam satu komando. Ketertiban dan keteraturan
merupakan cirri khasnya, karena prinsip koordinasi mengisyaratkan betapapun
banyaknya pembagian kelompok kerja dan jauhnya rentang kendali dalam medan yang
luas, namun denyut nadinya tetap satu dan senapas (QS. Ash-Shaff : 14)
¥ Prinsip Tajdid
Prinsip ini memberi pesan bahwa organisasi dakwah harus
selalu tampil prima dan energik, penuh vitalitas dan inovatif.
Personal-personalnya harus cerdas dan pintar membaca kemajuan zaman. Yapi
semuanya itu tetap dalam konteks perpaduan iman, ilmu, dan amal (QS.
Al-Mujadalah).
¥ Prinsip Ijtihad
Prinsip ini melahirkan ruh jihad dalam arti menyeluruh
melalui penayagunaan nalar, rasio, dan logika yang memadai dalam mencari
interprestasi baru bai isi kandungan Al-Quran da Assunnah. Ijtihad alam
pengertian sesungguhnya adalah mencari berbagai terobosan hokum sebagai jalan
keluar untuk mencapai tujuan, sehingga ijtihad mampu memberikan jawaban
terhadap bermacam-macam persoalan kehidupan umat dari berbagai dimensi, baik
polotik, social, maupun ekonomi. (QS. Al-Ankabut : 69).
¥ Prinsip Pendaan dan Kaderisasi
Prinsip ini mengingatkan bahwa setiap orgnisasi dakwh
harus berusaha mendapatkan dukungan dana yang realistic dan diusahakan secara
mandiri dari sumber-sumber yang halal dan tidak mengikat. Disamping itu,
organisasi dakwah dengan manjemn yang baik juga harus kader yang andal dan
propesional, sehingga tidak terjadi kevakuan gerak dari waktu ke waktu. Kader
yang dimaksud harus berdiri dari tenaga-tenag yang beriman dan bertakwa,
berilmu, berakhlak, dan bermental jihad. (QS. Al-Fath : 29).
¥ Prinsip Komunikasi
Prinsip ini memberikan arah bahwa setiap organisasi
dakwah, pengelolaannya harus komunikatif dan persuasif, karena dakwah sifatnya
mengajak bukan mengejek, dakwah itu harus sejuk dan memikat. Meskipun esensi
dakwah menyampaikan kebenaran dan kebenaran itu kadang kala keras dan pahit,
namun dalam penyampaiannya tetap di tuntut bijaksana dan dengan bahasa
komunikasi yang mengena, sehingga betapapun pahitnya, umat tidak antipasti
melainkan tetap dapat menerima dan memahami dengan akal yang sehat. (QS.
Az-Zumar : 18).
¥ Prinsip tabsyir dan
taisir
Kegiatan dakwah harus dilaksanakan dengan prinsif
mengembirakan dan mudah. Mengembirakan berarti ada nilai yang membawa hati
menjadi senang dan tenang, membuka cakrawala dan wawasan yang mencarikan jalan
keluar dari kesulitan. Dakwah tidak kerasa sebagai sesuatu yang memberatkan,
tapi justru menarik untuk di ikuti dan perlu di bantu. Mudah belarti tidak saja
dari surut pemahaman pesan atau materi dakwah tapi juga dari sudut pelaksanaan
dan pengamalan pesan-pesan dakwah yang disampaikan. (QS. Saba : 28).
¥ Prinsip Integral dan
Komprehensif
Prinsip ini mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaan
kegiatan dakwah tidak hanya terpusat di masjid atau di lembaga-lembaga
keagamaan semata, akan tetapi harus terintegrasi dalam kehidupan umat dan
menyentuh kebutuhan yang menyeluruh dari segenap strata social masyarakat, baik
birokrat atau penguasa
maupun lapisan elite ekonomi dan masyarakat marginal.(QS. Al-Anbiya : 107).
maupun lapisan elite ekonomi dan masyarakat marginal.(QS. Al-Anbiya : 107).
¥ Prinsip Penelitian dan
Pengembangan
Kompleksitas permasalahan umat harus menjadi kajian
dakwah yang mendalam, karena dakwah akan gagal bila saja sudut pandang hanya
terpusat pada satu sisi saja, sementara komunitas masyarakat lainnya
terabaikan. Atas dasar hal tersebut Rasulullah dalam berdakwah senantiasa
berupaya mendatangi kantong-kantong masyarakat dari berbagai bidang status dan
kedudukan baik kaya maupun miskin, raja maupun rakyat jelata. Hal itu terlihat
dari safari dakwah Rasulullah dan surat-surat yang dikirimkannya kepada
raja-raja yang belum Islam di zamannya. Semua rekaman sejarah dan dokumen itu
harus di ikuti dengan penelitian dan pengkajian yang serius, sehingga sejarah
masa lalu dapat dijadikan jembatan yang berharga untuk melanjutkan rencana
dakwah masa depan yang panjang.(QS. Al-Kahfi: 13 dan 14 serta QS. Ar-Rahman:33)
¥ Prinsip Sabar dan
Istiqamah
Bersaing dengan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi,
sering membuat dakwah menemui jalan buntu bahkan melelahkan. Kelelahan tanpa di
sadari dapat menghilangkan kesabaran dan merusak nilai-nilai istiqamah.
Di saat-saat seperti itulah prinsip sabar dan istiqamah perlu di segerakan untuk diaktualisasikan melalui berbagai kegiatan dakwah. Nilai-nilai sabar dan istiqamah yang digerakkan dengan landasan iman dan takwa dapat melahirkan semangat dan potensi rohaniah yang menjadikan dakwah sebagai kebutuhan umat.(QS. Fushshilat : 30)
Di saat-saat seperti itulah prinsip sabar dan istiqamah perlu di segerakan untuk diaktualisasikan melalui berbagai kegiatan dakwah. Nilai-nilai sabar dan istiqamah yang digerakkan dengan landasan iman dan takwa dapat melahirkan semangat dan potensi rohaniah yang menjadikan dakwah sebagai kebutuhan umat.(QS. Fushshilat : 30)
7.
AZAS-AZAS MANAJEMEN DAKWAH
Asas-asas (prinsip) dasar yang perlu ada pada setiap
manajemen dakwah, antara lain: substansi dakwah adalah berporos pada ajakan
untuk memikirkan klaim terpenting tentang hidup dan mati, kebahagiaan atau
siksaan abadi, kebahagiaan didunia atau kesengsaraan, cahaya kebenaran atau
gelapnya kepalsuan, kebajikan dan kesejahteraan, maka dakwah haus dilakukan
dengan integrasi penuh baik bagi para pendakwah ataupun objek dakwah. Dalam
kegiatan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah
itu sendiri. Dimana aktivitas dakwah, khususnya dalam skala organisasi atau
lembaga untuk mencapai suatu tujuan sbauah pengaturan atau manajerial yang
baik.
8.
RUANG LINGKUP MANAJEMEN DAKWAH
Ruang lingkup kegiatan dakwah dalam tataran manajemen
merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dakwah itu sendiri. Karena
dalam sebuah aktivitas dakwah itu akan timbul masalah atau problem yang sangat
kompleks, yang dalam menangani serta mengantisipasinya diperlukan sebuah
strategi yang sistematis. Dalam konteks ini, maka ilmu manajmen sangat
berpengaruh dalam pengelolaan sebuah lembaga atau organisasi dakwah sampai pada
tujuan yang diinginkan.
Sedangkan ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, dimana dalam aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai kesuksesaan. Adapu hal-hal yang memengaruhi aktivitas dakwah antara lain meliputi :
Keberadan seorang da’I, baik yang terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalampengertian eksistendi da’I yang bergerak dibidang dakwah iut sendiri. Hal ini bisa kita lihat dari karekteristik dan kemampuannya, baik secara jasmani maupun rohani.
Sedangkan ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, dimana dalam aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai kesuksesaan. Adapu hal-hal yang memengaruhi aktivitas dakwah antara lain meliputi :
Keberadan seorang da’I, baik yang terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalampengertian eksistendi da’I yang bergerak dibidang dakwah iut sendiri. Hal ini bisa kita lihat dari karekteristik dan kemampuannya, baik secara jasmani maupun rohani.
Materi merupakan isi yang akan disampaikan kepada mad’u,
pada tataran ini materi harus bisa memenuhi atau yang dibutuhkan oleh mad’u,
sehingga akan mencapai sasaran dakwah itu sendiri, dan Mad’u kegiatan dkwah
harus jelas sasarannya, dalamartian ada objek yang akan didakwahi.
Apabila ketiga kompenen tersebut diolah dengan
menggunakan ilmu manajemen yang islami, maka akivitas dakwah akan berlangsung
secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab bagaimanapun juga
sebuah aktivitas itu sangat memerlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin
dapat berjalan secara sempurna. Aktivitas dakwah membutuhkan sebuah pemikiran
yang kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan mad’u, dan mamanjemen akan
berperan sebagai pengolah atau distributor dalam pemiiran-pemikiran tersebut.
Sehingga akan dapat menampilkan dakwah Islam yang menarik dan elegan, tidak
monoton dan membosankan.
Ini adalah tantangan bagi aktivitas dakwah untuk menghindarkan sebagai instituisi Islam yang fungsional, oleh karenya materi dan metode penyampaiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan penerima dakwah dan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi umat, sehingga dakwah Islam hadir sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam.
Ini adalah tantangan bagi aktivitas dakwah untuk menghindarkan sebagai instituisi Islam yang fungsional, oleh karenya materi dan metode penyampaiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan penerima dakwah dan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi umat, sehingga dakwah Islam hadir sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam.
9.
AYAT YANG MENDUKUNG TENTANG MANAJEMEN DAKWAH
Ayat yang mendukung tentang Manajemen Dakwah adalah:
§ Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :
Ayat yang mendukung tentang Manajemen Dakwah adalah:
§ Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسُُ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرُُ بِمَا تَعْمَلُون
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
§ Q.S. An-Nahl : 125
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلَ رَبِّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةُ اْلحَسَنَةِ
وَجدِلْهُمْ بِالًّتِى هِيَ اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ
عَنْ سَبِيْلِهِ, وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.
Serulah manusia kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan batahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.[2]
§ Q.S Al-Imran: 104
§ Q.S Al-Imran: 104
وَلْتُكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَدْ عُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَاْ مُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَاوُلئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
10.
HADITS YANG MENDUKUNG TENTANG MANAJEMEN DAKWAH
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Beberapa istilah dikenal bahwa yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Beberapa istilah dikenal bahwa yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
§ HR. Ibnu Mubaraq
اِذَا اَرَدْتَ اَنْ تَفْعَلَ اَمْرًا فَتَدَبَّرَ عَاقِبَتَهُ فَاِنْ كَاَنَ خَيْرًا فَاْمضِ وَاِنْ كَاَنَ شَرًّا فَانْتَهِ (رواه ابن المبا رك)
“jika anda ingin melakukan sesuatu perbuatan atau pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, jika perbuatan itu baik teruskan, dan jika perbuatan itu jelek maka berhentilah”
§ HR.Matafuq’alaih
اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلىَ اللهِ اَدْوَمُهَا وَاِنْ قَلَّ (متفق عليه)
“amal yang paling
disukai Alloh yaitu yang dikerjakan dengan tetap walaupun dikerjakan
sedikit-sedikit”
§ H. R. Muslim
وَعَنْ اَبِى مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرِ وَاْلاَنْصَارِىِّ اْلبَدْرِىِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَا عِلِهِ . (رواه مسلم
Abu Mas’ud Uqbah bin
Amru Al-Anshari ra. berkata: “Telah bersabda Rasulullah Saw: ‘Barang siapa yang
menunjukan pada kebaikan maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang
mengejakannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
suatu seni dan juga ilmu pengetahuan yang merupakan suatu proses
kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas dakwah dengan prinsip-prinsip
manajemen yaitu perencanaan, pengaturan, pengorganisasian, pengendalian untuk
mencapai tujuan tertentu dalam rangka proses transmisi, transformasi, dan
difusi serta internalisasi ajaran Islam untuk kebahagiaan dunia akhirat. Karena
dalam Manajemen Dakwah bagaimana pean dakwah dapat diterima namun harus terjadi
perubahan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sosial dan bagaimana gerakan dakwah
terorganisir dengan efektif dan efisien.
2.
SARAN
Demikianlah
tugas penyusunan makalah ini saya persembahkan. Harapan saya dengan Adanya
pembahasan yang saya sampaikan ini bisa menjadikan kita untuk lebih menyadari
tingkah laku dan perjuangan Rasulullah SAW dalam berdakwah sehingga bisa
mencontoh nya, Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa difahami oleh
para pembaca. Kritik dan saran sangat Saya harapkan dari para pembaca,
khususnya dari Dosen dan para Mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini. Apabila
ada kekurangan atau kehilafan dalam
penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Masy’ari,Anwar. Pengantar dasar
Pendidikan dan pengajaran Agama Islam, Surabaya: 1981
www.makalahmahasiswa.com/2012/05/sistem-informasi-manajemen-dakwah.html
Novianto,Eko. Dakwah dan Manajemen, Solo: 2011
www.ririgusriani.blogspot.com/2013/05/definisi-manajemen-dakwah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar