Selasa, 10 Januari 2017

Managemen dan Dakwah

BAB I
PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang

            Dakwah sudah mulai di jalankan dari ketika masa Rasulullah SAW, yang memulai debut dakwah nya secara sembungi-sembungi hingga terang-terangan, dan dakwah masih dijalankan hingga saat ini.
            Seiring bergantinya zaman, maka lahirlah Ilmu manajemen yang memili tujuan mengatur dan memimpin, maka pengabungan dua ilmu ini lahirlah suatu ilmu positif yang sangat berguna bagi para da’i, pada makalah ini saya akan membahas apa itu Manajemen dakwah !
    

2.        Rumusan Masalah

          Mengacu kepada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, rumusan masalah dari makalah ni sebagai berikut :

1.    Hubungan Manajemen Dan Dakwah ?

3.        Tujuan

                      Tujuan dari pembuatan makalah ini dalah untuk menjelaskan lebih mendalam terhadap rumusan masalah di atas, antara lain :

1.    Menjelaskan Hubungan Manajemen Dakwah !













BAB II
PEMBAASAN

1.      PENGERTIAN MANAJEMEN DAKWAH
            Menurut Prof. DR. H. M. Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni manajemen dan dakwah. Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang sangat berbeda sama sekali. Istilah yang pertama, berangkat dari disiplin ilmu yang sekuler, yakni Ilmu Ekonomi. Ilmu ini diletakan di atas paradigma materialistis. Prinsipnya adalah dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sementara itu istilah yang kedua berasal dari lingkungan agama, yakni Ilmu Dakwah. Ilmu ini diletakan di atas prinsip, ajakan menuju keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan intimidasi serta tanpa bujukan dan iming-iming material. Ia datang dengan tema menjadi rahmat semesta alam. Manajemen dakwah untuk mengatur dan mengantarkan dakwah tepat sasaran mencapai tujuan yang diharapkan yag mmengandung edukasi, kritik dan kontrol sosial sebagai sarana penyampaian informasi ajaran islam.

Rosyad Sholeh mengartikan manajemen dakwah:
sebagai proses perencanaan, tugas, pengelompokkan tugas, menghimpun dan menetapkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok tugas dan kemudian menggerakkan ke arah pencapaian tujuan dakwah. Inilah yang merupakan inti dari manajemen dakwah, yaitu sebuah pengaturan secara sisitematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktifitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan dakwah. 

            Dalam redaksi lain yang maknanya sama dengan Manajemen Dakwah yaitu manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan

Ramayulis adalah:
proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.


2.      TUJUAN MANAJEMEN DAKWAH
            Tujuan adalah sesuatu hasil (generalis) yang ingin dicapai melalui proses manajemen. Pengertian tujuan dan sasaran hampir sama bedanya hanya gradual saja, tujuan maknanya hasil yang umum sedangkan sasaran berarti hasil yang khusus. Tujuan menurut G. R. Terry adalah hasil yang diinginkan yang melukiskan skop yang jelas, serta memberikan arah kepada usaha-usaha seorang manajer. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana, karena itu hendaknya tujuan ditetapkan ”jelas, realistis, dan cukup cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada. 

            Tujuan merupakan sebuah pernyataan yang memiliki makna, yaitu keinginan yang dijadikan pedoman bagi manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu.

·         Tujuan [objective] diasumsikan berbeda engan sasaran [goals]. Dalam tujuan memiliki target-target tertentu untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan sasaran adalah pernyataan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak untuk menentukan arah organisasi dalam jangka panjang.
·         Tujuan umum dakwah [mayor objective] merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam aktivitas dakwah. Ini berarti, bahwa tujuan dakwah masih bersifat umum [ijmali] dan utama, dimana seluruh gerak langkah proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan padanya. Dengan demikian, tujuan dakwah secara umum sebagaimana yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an adalah mengajak umat manusia [meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik] kepada jalan yang benar yang diridhai Alllah SWT. Untuk memudahkan dalam pelaksanaanya, maka tujuan-tujuan yang bersifat umum tersebut harus diklasifikasikan ke dalam tujuan-tujuan yang lebih operasional dan spesifik sehingga dapat dievaluasi keberhasilan yang telh dicapai. Perumusan suatu tujuan diperlukan sebuah kejelasan [clarity] dan operasional. Artinya, tujuan yang dirumuskan tidak terlalu ideal, bertele-tele bahasanya,dan kemungkinan mampu unttuk dikerjakan.

            Dalam redaksi lain bahwa Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga maupun sosial kemasyarakatnya, agar mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Sedangkan tujuan dakwah secara khusus dakwah merupakan perumusan tujuan umum sebagai perincian daripada tujuan dakwah Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui ke mana arah dan maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dengan cara yang bagaimana dan sebagaimana dengan cara yang terperinci. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari over lopping dalam kegiatan dakwah dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena luasnya tujuan dakwah, maka dapat diklasifikasikan ke dalam tujuan urgen dan tujuan incidental.

            Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai dan diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah yaitu Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah Swt. Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya mengemukakan tujuan dakwah bahwa pada khususnya tujuan dakwah itu ialah:
·         Mengajak umat manusia yang sudah memeluk islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah swt.
·         Membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf.
·         Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah (memeluk agama islam).
·         Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fithrahnya

            Sementara itu M. Natsir, dalam serial dakwah Media Dakwah mengemukakan, bahwa tujuan dari dakwah itu adalah memanggil kita pada syariat, untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau persolanan rumah tangga, berjamaah masyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara dan berantar-negara. Memanggil kita pada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas yang berisikan manusia secara heterogen, bermacam karakter, pendirian dan kepercayaan, yakni fungsi sebagai syuhada’ala an-naas, menjadi pelopor dan pengawas manusia. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah.

            Secara umum tujuan dan kegunaan manajemen dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar pelaksaan dakwah dapat diwujudkan secara professional dan proporsional. Artinya, dakwah harus dapat dikemas dan dirancang sedemikian rupa sehingga gerak dakwah merupakan upaya nyata yang sejuk dan mnyenangkan dalam usaha meningkatkan kualitas akidah dan spiritual, sekaligus kualitas kehidupan social, ekonomi, budaya, dan politik umat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Searah dengan itu, pendekatan pemecahan masalah harus merupakan pilihan utama dalam dakwah. Untuk pengembangan strategi pendekatan pemecahan masalah tersebut penelitian dakwah harus dijadikan aktivitas pendukung yang perlu dilakukan, karena dari hasil penelitian akan diperoleh informasi kondisi objektif dilapangan baik yang berkenaan dengan masalah internal umat sebagai objek dakwah maupun hambatan dan tantangan serta factor pendukung dan penghambat yang dapat dijadikan potensi dan sumber pemecahan masalah umat dilapangan.

            Jadi, pada hakikatnya tujuan manajemen dakwah di samping memberikan arah juga di maksudkan agar pelaksaan dakwah tidak lagi berjalan secara konvensional seperti tabligh dalam bentuk pengajian dengantatap muka yanpa pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya. Meskipun disadari bahwa kita tidak boleh menafikan bagaimana pengaruh positif kegiatan tabligh untuk membentuk opini masyarakat dalam menyikapi ajaran Islam pada kurun waktu tertentu terutama pada lapisan masyarakat menengah ke bawah. Akan tetapi, agaknya metode itu tidak mungkin lagi dipertahankan seluruhnya kecuali untuk hal-hal yang bersifat informative dan bersifat missal, karena dalam konteks kekinian sudah semakin tidak digemari terutama oleh generasi muda dan kaum intelektual. 

            Akhirnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara umum tujuan dan kegunaan manajemen dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar pelaksanaan dakwah dapat diwujudkan secara professional dan proporsional. Dan pada hakikatnya tujuan manajemen dakwah disamping memberikan arah juga dimaksudkan agar pelaksanaan dakwah tidak lagi berjalan secara konvensional seperti tabligh dalam bentuk pengajian dengan tatap muka tanpa pendalaman materi, tidak ada kurikulum, jauh dari interaksi yang dialogis dan sulit untuk dievaluasi keberhasilannya 

3.      FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH
    Fungsi manajemen dakwah terbagi menjadi 4 yaitu:

a.       Takhtith (Perencanaan dakwah )
Perencanaan (takhtith) merupakan starting point dari aktivitas manajerial. karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan. Karena perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang optimal. Alasanya, bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha mencapai tujuan. Jadi perencanaan memiliki peran yang signifikan, karena ia merupakan dasar dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya. Oleh karena itu, agar proses dakwah dapat memperoleh hasil yang maksimal, maka perencanaan itu merupakan sebuah keharusan. Segala sesuatu itu pasti membutuhkan rencana. Dalam aktivitas dakwah, perencanaan dakwah bertugas menentukan langkah dan program dalam menentukan setiap sasaran, menentukan sarana-prasarana atau media dakwah, serta personel da'i yang akan diterjunkan. Menentukan materi yang cocok untuk sempurnanya pelaksanaan, membuat asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi yang kadang-kadang dapat memengaruhi cara pelaksanaan program dan cara menghadapinya serta menentukan alternatif-alternatif, yang semua itu merupakan tgas utama dari sebuah perencanaan.
Sementara itu Rosyad Saleh, dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam menyatakan, bahwa perencanaan dakwah adalah proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang dan sistematis, mengenai tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka menyelenggarakan dakwah.

b.      Tanzhim (pengorganisasian, penyusunan)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingg tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka menacapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Sementara itu, Rosyid Saleh mengemukakan bahwa rumusan pengorganisasian dakwah itu adalah “rangkaian aktivita menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi setiap kegiatan usaha dakwah dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau petugasnya.

c.       Tawjih (Penggerakan dakwah)
Penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah, karena dalam proses ini semua aktivitas dakwah dilaksanakan. Dalam penggerakan dakwah ini, pimpinan menggerakan semua elemen organisasi untuk melakukan semua aktivitas-aktivitas dakwah yang telah direncanakan, dan dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisir, di manafungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Selanjutnya dari sini juga proses perencanaan,pengorganisasian dan pengendalian atau penilaian akan berfungsi secara efektif.
Adapun pengertian penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan orrganisasi dengan efisien dan ekonomis. Motiving secara implicit berarti, bahwa pimpinan organisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, instruksi, nasihat, dan koreksi jika di perlukan.

d.      Riqabah (Pengendalian Dan Evaluasi Dakwah)
Pada organisasi dakwah, penggunaan prosedur pengendalian ini diterapkan untuk memastikan langkah kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana dan penggunaan sumber daya manusia secara efisien. Pengendalian juga dapat dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan mengukur penyimpangan dari prestasi yang direncanakan dan menggerakan tindakan korektif.

4.      UNSUR-UNSUR MANAJEMEN DAKWAH

a.       Da’i (Subjek Dakwah)
            Da’I adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secar langsung atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran islam atau menyebarluaskan ajaran islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut ajaran islam. Da’i dalam posisi ini disbut subjek dakwah, yaitu pelaku dakwah yang senantiasa aktif menyebarluaskan ajaran islam.

b.      Maudu (Pesan Dakwah)
            Maudu atau pesan dakwah adalah pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh da’i (subjek dakwah) kepada mad’u (objek dakwah), yaitu keseluruhan ajaran islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunah Rasul-Nya. Atau disebut juga al-haq (kebenaran hakiki) yaitu al-Islam yang bersumber al-Quran (lihat QS. al-Isra [17]:105)[1]

c.       Uslub (Metode Dakwah)
            Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, merupakan gabungan dari kata meta yang berarti melalui, mengikuti, sesudah, dan kata bodos berarti jalan, cara. sedangkan dalam bahasa arab metode disebut Thariq atau thariqah yang berarti jalan atau cara. kata-kata tersebut identik dengan kata al-ushlub.. Metode dakwah (ushlub al-Da’wah) adalah suatu cara dalam melaksanakan dakwah, menghilangkan rintangan atau kendala-kendala dakwah, agar mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efisien.

d.      Wasilah al-Da’wah (Media Dakwah)
            Secara bahasa wasilah merupakan bahasa arab, yang bisa berarti: al-wushlah, al-ittishal, yaitu segala hal yang dapat menghantarkan tercapainya kepada sesuatu yang dimaksud. Media dakwah adalah ayat objektif yang menjadi saluran yang dapat menghbungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah yang keberadaannya sangat urgent dalam menentukan perjalanan dakwah.

e.       Mad’u (Objek Dakwah)
            Mad’u atau sasaran (objek) dakwah adalah seluruh manusia sebagai makhluk Allah yang dibebani menjalankan agama Islam ddan diberi kebebasan untuk berikhtiar, kehendak dan bertanggug jawab atas perbuatan sesuai dengan pilihannya, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa, dan umat manusia seluruhnya. Sebagai makhluk Allah yang diberi akal dan potensi kemampuan berbuat baik dan berbuat buruk, sebagai makhluk yang terken sifat lupa akan janji dan pengakuannya bahwa Allah adalah Tuhannya ketika di alam ruh sebelum ruh tersebut bersatu dengan jasad.

f.       Atsar (efek dakwah)
            Atsar sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses) dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da'i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. 

5.      LANDASAN MANAJEMEN DAKWAH
            Landasan normatif dari manajemen dakwah yaitu Al-Quran dan As-Sunnah yang dijadikan pijakan sekaligus sumber mengapa dakwah akan terus dilaksanakan dan diperjuangkan oleh pengembangnya yaitu umat Islam. Sebagai landasan manajemen dakwah secara normative, dalam al-Quran, terdapat banyak ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat Islam, sebagai upaya menyeru umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk.
                Al-quran merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Selai itu, ia juga berfungsi sebagi kitab yang diturunkan agar manusia keluar dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang atau cahaya kebenaran. Ia juga berfungsi sebagai rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin. Dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat Islam, sebagai upaya menyeru umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk.
            Al-hadits adalan informasi tentang sunnah Nabi yang merupakan bayan utama atas al-quran sebagai kitab dakwah dan sekaligus mengaktualisasikan uswah hasanah dalam melaksanakan dakwah Islam. Sederetan sunnah Nabi, baik yang bersifat tekstual maupun kontekstual sudah begitu jelas menempatkan posisi penting dakwah.
Dalam kaitan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan. Dibutuhkan sebuah pengaturan, dan manajerial yang baik, ruang lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dawah itu sendiri. 


6.      PRINSIP MANAJEMEN DAKWAH
¥ Prinsip Konsolidasi
Prinsip ini menandung makna bahwa setiap organisasi dakwah harus selalu dalam keadaan mantap dan stabil, jauh dari konflik, dan terhidar dari perpecahan, baik lahiriah maupun batiniah. (QS. Ali Imran : 103)

¥ Prinsip Koordinasi
            Prinsip ini berarti organisasi dakwah harus mampu memperliahtkan kesatuan gark dalam satu komando. Ketertiban dan keteraturan merupakan cirri khasnya, karena prinsip koordinasi mengisyaratkan betapapun banyaknya pembagian kelompok kerja dan jauhnya rentang kendali dalam medan yang luas, namun denyut nadinya tetap satu dan senapas (QS. Ash-Shaff : 14)

¥ Prinsip Tajdid
            Prinsip ini memberi pesan bahwa organisasi dakwah harus selalu tampil prima dan energik, penuh vitalitas dan inovatif. Personal-personalnya harus cerdas dan pintar membaca kemajuan zaman. Yapi semuanya itu tetap dalam konteks perpaduan iman, ilmu, dan amal (QS. Al-Mujadalah).

¥ Prinsip Ijtihad
            Prinsip ini melahirkan ruh jihad dalam arti menyeluruh melalui penayagunaan nalar, rasio, dan logika yang memadai dalam mencari interprestasi baru bai isi kandungan Al-Quran da Assunnah. Ijtihad alam pengertian sesungguhnya adalah mencari berbagai terobosan hokum sebagai jalan keluar untuk mencapai tujuan, sehingga ijtihad mampu memberikan jawaban terhadap bermacam-macam persoalan kehidupan umat dari berbagai dimensi, baik polotik, social, maupun ekonomi. (QS. Al-Ankabut : 69).

¥ Prinsip Pendaan dan Kaderisasi
            Prinsip ini mengingatkan bahwa setiap orgnisasi dakwh harus berusaha mendapatkan dukungan dana yang realistic dan diusahakan secara mandiri dari sumber-sumber yang halal dan tidak mengikat. Disamping itu, organisasi dakwah dengan manjemn yang baik juga harus kader yang andal dan propesional, sehingga tidak terjadi kevakuan gerak dari waktu ke waktu. Kader yang dimaksud harus berdiri dari tenaga-tenag yang beriman dan bertakwa, berilmu, berakhlak, dan bermental jihad. (QS. Al-Fath : 29).

¥ Prinsip Komunikasi 
            Prinsip ini memberikan arah bahwa setiap organisasi dakwah, pengelolaannya harus komunikatif dan persuasif, karena dakwah sifatnya mengajak bukan mengejek, dakwah itu harus sejuk dan memikat. Meskipun esensi dakwah menyampaikan kebenaran dan kebenaran itu kadang kala keras dan pahit, namun dalam penyampaiannya tetap di tuntut bijaksana dan dengan bahasa komunikasi yang mengena, sehingga betapapun pahitnya, umat tidak antipasti melainkan tetap dapat menerima dan memahami dengan akal yang sehat. (QS. Az-Zumar : 18).

¥ Prinsip tabsyir dan taisir 
            Kegiatan dakwah harus dilaksanakan dengan prinsif mengembirakan dan mudah. Mengembirakan berarti ada nilai yang membawa hati menjadi senang dan tenang, membuka cakrawala dan wawasan yang mencarikan jalan keluar dari kesulitan. Dakwah tidak kerasa sebagai sesuatu yang memberatkan, tapi justru menarik untuk di ikuti dan perlu di bantu. Mudah belarti tidak saja dari surut pemahaman pesan atau materi dakwah tapi juga dari sudut pelaksanaan dan pengamalan pesan-pesan dakwah yang disampaikan. (QS. Saba : 28).

¥ Prinsip Integral dan Komprehensif
            Prinsip ini mengingatkan kepada kita bahwa pelaksanaan kegiatan dakwah tidak hanya terpusat di masjid atau di lembaga-lembaga keagamaan semata, akan tetapi harus terintegrasi dalam kehidupan umat dan menyentuh kebutuhan yang menyeluruh dari segenap strata social masyarakat, baik birokrat atau penguasa
maupun lapisan elite ekonomi dan masyarakat marginal.(QS. Al-Anbiya : 107).


¥ Prinsip Penelitian dan Pengembangan 
            Kompleksitas permasalahan umat harus menjadi kajian dakwah yang mendalam, karena dakwah akan gagal bila saja sudut pandang hanya terpusat pada satu sisi saja, sementara komunitas masyarakat lainnya terabaikan. Atas dasar hal tersebut Rasulullah dalam berdakwah senantiasa berupaya mendatangi kantong-kantong masyarakat dari berbagai bidang status dan kedudukan baik kaya maupun miskin, raja maupun rakyat jelata. Hal itu terlihat dari safari dakwah Rasulullah dan surat-surat yang dikirimkannya kepada raja-raja yang belum Islam di zamannya. Semua rekaman sejarah dan dokumen itu harus di ikuti dengan penelitian dan pengkajian yang serius, sehingga sejarah masa lalu dapat dijadikan jembatan yang berharga untuk melanjutkan rencana dakwah masa depan yang panjang.(QS. Al-Kahfi: 13 dan 14 serta QS. Ar-Rahman:33)

¥ Prinsip Sabar dan Istiqamah
            Bersaing dengan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, sering membuat dakwah menemui jalan buntu bahkan melelahkan. Kelelahan tanpa di sadari dapat menghilangkan kesabaran dan merusak nilai-nilai istiqamah.
Di saat-saat seperti itulah prinsip sabar dan istiqamah perlu di segerakan untuk diaktualisasikan melalui berbagai kegiatan dakwah. Nilai-nilai sabar dan istiqamah yang digerakkan dengan landasan iman dan takwa dapat melahirkan semangat dan potensi rohaniah yang menjadikan dakwah sebagai kebutuhan umat.(QS. Fushshilat : 30) 

7.      AZAS-AZAS MANAJEMEN DAKWAH
            Asas-asas (prinsip) dasar yang perlu ada pada setiap manajemen dakwah, antara lain: substansi dakwah adalah berporos pada ajakan untuk memikirkan klaim terpenting tentang hidup dan mati, kebahagiaan atau siksaan abadi, kebahagiaan didunia atau kesengsaraan, cahaya kebenaran atau gelapnya kepalsuan, kebajikan dan kesejahteraan, maka dakwah haus dilakukan dengan integrasi penuh baik bagi para pendakwah ataupun objek dakwah. Dalam kegiatan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana aktivitas dakwah, khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan sbauah pengaturan atau manajerial yang baik.

8.      RUANG LINGKUP MANAJEMEN DAKWAH
            Ruang lingkup kegiatan dakwah dalam tataran manajemen merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dakwah itu sendiri. Karena dalam sebuah aktivitas dakwah itu akan timbul masalah atau problem yang sangat kompleks, yang dalam menangani serta mengantisipasinya diperlukan sebuah strategi yang sistematis. Dalam konteks ini, maka ilmu manajmen sangat berpengaruh dalam pengelolaan sebuah lembaga atau organisasi dakwah sampai pada tujuan yang diinginkan.
Sedangkan ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, dimana dalam aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai kesuksesaan. Adapu hal-hal yang memengaruhi aktivitas dakwah antara lain meliputi :
                Keberadan seorang da’I, baik yang terjun secara langsung maupun tidak langsung, dalampengertian eksistendi da’I yang bergerak dibidang dakwah iut sendiri. Hal ini bisa kita lihat dari karekteristik dan kemampuannya, baik secara jasmani maupun rohani.
            Materi merupakan isi yang akan disampaikan kepada mad’u, pada tataran ini materi harus bisa memenuhi atau yang dibutuhkan oleh mad’u, sehingga akan mencapai sasaran dakwah itu sendiri, dan Mad’u kegiatan dkwah harus jelas sasarannya, dalamartian ada objek yang akan didakwahi.
            Apabila ketiga kompenen tersebut diolah dengan menggunakan ilmu manajemen yang islami, maka akivitas dakwah akan berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab bagaimanapun juga sebuah aktivitas itu sangat memerlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara sempurna. Aktivitas dakwah membutuhkan sebuah pemikiran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan mad’u, dan mamanjemen akan berperan sebagai pengolah atau distributor dalam pemiiran-pemikiran tersebut. Sehingga akan dapat menampilkan dakwah Islam yang menarik dan elegan, tidak monoton dan membosankan.
            Ini adalah tantangan bagi aktivitas dakwah untuk menghindarkan sebagai instituisi Islam yang fungsional, oleh karenya materi dan metode penyampaiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan penerima dakwah dan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi umat, sehingga dakwah Islam hadir sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam. 

9.      AYAT YANG MENDUKUNG TENTANG MANAJEMEN DAKWAH
            Ayat yang mendukung tentang Manajemen Dakwah adalah:
§ Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسُُ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرُُ بِمَا تَعْمَلُون
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
§ Q.S. An-Nahl : 125
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلَ رَبِّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةُ اْلحَسَنَةِ وَجدِلْهُمْ بِالًّتِى هِيَ اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ, وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.

Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan batahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[2]
§ Q.S Al-Imran: 104 

وَلْتُكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَدْ عُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَاْ مُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَاوُلئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

10.  HADITS YANG MENDUKUNG TENTANG MANAJEMEN DAKWAH
            Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif. Beberapa istilah dikenal bahwa yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
§ HR. Ibnu Mubaraq 

اِذَا اَرَدْتَ اَنْ تَفْعَلَ اَمْرًا فَتَدَبَّرَ عَاقِبَتَهُ فَاِنْ كَاَنَ خَيْرًا فَاْمضِ وَاِنْ كَاَنَ شَرًّا فَانْتَهِ (رواه ابن المبا رك)
“jika anda ingin melakukan sesuatu perbuatan atau pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, jika perbuatan itu baik teruskan, dan jika perbuatan itu jelek maka berhentilah”

§ HR.Matafuq’alaih

اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلىَ اللهِ اَدْوَمُهَا وَاِنْ قَلَّ (متفق عليه)
“amal yang paling disukai Alloh yaitu yang dikerjakan dengan tetap walaupun dikerjakan sedikit-sedikit” 

§ H. R. Muslim

وَعَنْ اَبِى مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرِ وَاْلاَنْصَارِىِّ اْلبَدْرِىِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرِ فَا عِلِهِ . (رواه مسلم
Abu Mas’ud Uqbah bin Amru Al-Anshari ra. berkata: “Telah bersabda Rasulullah Saw: ‘Barang siapa yang menunjukan pada kebaikan maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengejakannya.



BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
     suatu seni dan juga ilmu pengetahuan yang merupakan suatu proses kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas dakwah dengan prinsip-prinsip manajemen yaitu perencanaan, pengaturan, pengorganisasian, pengendalian untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka proses transmisi, transformasi, dan difusi serta internalisasi ajaran Islam untuk kebahagiaan dunia akhirat. Karena dalam Manajemen Dakwah bagaimana pean dakwah dapat diterima namun harus terjadi perubahan yang diaktualisasikan dalam kehidupan sosial dan bagaimana gerakan dakwah terorganisir dengan efektif dan efisien.

2.      SARAN
     Demikianlah tugas penyusunan makalah ini saya persembahkan. Harapan saya dengan Adanya pembahasan yang saya sampaikan ini bisa menjadikan kita untuk lebih menyadari tingkah laku dan perjuangan Rasulullah SAW dalam berdakwah sehingga bisa mencontoh nya, Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa difahami oleh para pembaca. Kritik dan saran sangat Saya harapkan dari para pembaca, khususnya dari Dosen dan para Mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini. Apabila ada kekurangan atau kehilafan  dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar besarnya.




DAFTAR PUSTAKA
Masy’ari,Anwar. Pengantar dasar  Pendidikan dan pengajaran Agama Islam, Surabaya: 1981
www.makalahmahasiswa.com/2012/05/sistem-informasi-manajemen-dakwah.html
Novianto,Eko. Dakwah dan Manajemen, Solo: 2011
www.ririgusriani.blogspot.com/2013/05/definisi-manajemen-dakwah.html





[1] Novianto,Eko. Dakwah dan Manajemen, Solo: 2011 Hal: 122
[2] Masy’ari,Anwar. Pengantar dasar  Pendidikan dan pengajaran Agama Islam, Surabaya: 1981

Tidak ada komentar:

Posting Komentar