Selasa, 10 Januari 2017

Teori Komunikasi

  1. PENDAHULUAN
            Dalam strategi komunikasi, media masa komunikasi merupakan komponen yang paling banyak menyita perhatian. Karena jumlahnya yang banyak yang sifatnya bersifat heterogen dan anonim. Sedangkan mereka harus dicapai seraya indrawi dan rohani. Yang indrawi disini ialah mampu di tangkap mata dan telingga sehingga mampu di cerna (dipahami), sedangkan rohani disini sesuai dengan kerangka inferensinya(kalangan), usia, agama, pendidikan, kebudayaan, dan nilai-nilai kehidupan lainnya, karna kerangka referensi tertentu mampu menimbulkan ketertarikan dan minat.
            Berdasarkan hal-hal tersebut ada satu pesan dari media massa yang diminati oleh seluruh khalayak. Ada juga yang disenangi kelompok tertentu, misalnya kelompok usia anak-anak, remaja, dewasa. Kelompok agama Islam, dan lain-lain. Ataupun nilai lainnya.


  1. Social Categories Theory ( Teori Kategori Social )
            Melvin L. DeFleur selaku pakar yang menempilkan teori ini mengatakan bahwa teori kategori sosial menyatakan adanya perkumpulan – perkumpulan, kategori sosial pada masyarakat urban-industrial yang perikakunya ketika diterpa perangsang- perangsang tertentu hampir seragam.
            Asumsi dasar dari teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah ciri – ciri yang sama akan mempunyai pola hidup tradisional yang sama. Persamaan gaya, orientasi dan perilakuakan berkaitan pada suatu gejala seperti pada media massa dalam perilaku yang seragam[1]
            Teori ini menyatakan adanya perkumpulan – perkumpulan, kebersamaan – kebersamaan atau kategori – kategori social pada masyarakat urban industrial yang perilakunya ketika diterpa perangsang – perangsang tertentu hamper seragam. Ciri – cirinya  : usia, seks, pendapatan, pendidikan, atau permukiman dan yang bersifat religius.
            DeFleur juga menegaskan bahwa teori ini konsisten dan tampaknya berasal dari sosiologi umum mengenai massa. Ia juga mengutip formula Lasswell, menurutnya perpaduan dari kedua teori dengan variable – variable situasional terkait. Menurut Lasswell cara tepat menjelaskan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “ Who Says What In Which To Whom With What Effect “ atau Siapa Mengatakan Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa.
1.      Proses Penerapan Teori
            Orang Jawa berpindah penduduk ke suatu daerah misalnya ke sulawesi mereka berkumpul disuatu daerah untuk membentuk suatu penduduk sehingga banyak perpaduan budaya akan tetapi lama-kelamaan perpaduan budaya mereka tersebut akan membentuk suatu budaya dan norma baru, sehingga mereka menjadi suatu kesatuan, dan seragam atau sama dalam menerima/merespon terpaan dari media, baik itu media elektonik ataupun cetak.

  1. Social Relationship Theory ( Teori Hubungan Social ) 
            Menurut Melvin L. DeFleur hubungan social secara informal berperan penting dalam mengubah perilaku seseorang ketika diterpa pesan komunikasi massa. Orang yang sering terlibat dalam komunikasi dengan media massa itu disebut dengan pemuka pendapat sebagai terjemahan dari opinion leader, karena segera dijumpai bahwa mereka berperan penting dalam membantu pembentukan pengumpulan suara dalam rangka pemilihan umum.mereka tidak hanya meneruskan informasi, tetapi juga interprestasi terhadap pesan komunikasi yang mereka terima
            Suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan antarindividu, individu dengan kelompok atau antar kelompok yang secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam teori ini berarti hubungan antara media massa – khalayak.
            Hubungan yang terjalin terlihat melalui dampak kehadiran media massa ditengah-tengah kehidupan sosial.
1.        Sejarah Teori Hubungan Sosial
            Teori ini dikemukakan oleh Melvin L. DeFleur, menjelaskan bahwa hubungan sosial secara informal berperan penting dalam merubah perilaku seseorang ketika diterpa pesan komunikasi massa.
            Pesan media disampaikan melalui perantara/tidak langsung (opinion leader). Opinion leader adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap dari orang-orang lain, baik mereka orang sedang mencari-cari informasi (opinion seeker) atau yang sekedar menerima informasi secara pasif (opinion recipient). Pada dasarnya pesan-pesan komunikasi massa lebih banyak diterima individu melalui hubungan personal dibanding langsung dari media massa.[2]
            Informasi melalui media massa tersebar melalui hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat. Teori ini berhubungan dengan teori Two Step Flow Communication.
            Orang yang sering terlibat dalam komunikasi dengan media massa itu disebut dengan pemuka pendapat (sebagai terjemahan dari opinion leader), karena pada kenyataannya mereka berperan penting dalam membantu pembentukan pengumpulan suara dalam rangka pemilihan umum.mereka tidak hanya meneruskan informasi, tetapi juga menjadi pengaruh interprestasi khalayak sekitar terhadap pesan komunikasi yang mereka terima.
            Suatu penelitian menemukan adanya semacam kegiatan informasi melalui dua tahapan besar. Pertama, informasi bergerak dari media kepada orang-orang yang secara relatif banyak pengetahuannya. (well informed). Kedua, informasi bergerak dari orang-orang itu melalui saluran antarpribadi (interpersonal channels) mereka yang kurang diterpa media dan banyak bergantung pada orang lain mengenai suatu informasi. Situasi komunikasi seperti ini dikenal sebagai arus komunikasi dua tahap ( two step flow of communication)
Asumsi-asumsi dalam teori hubungan sosial :
1.      informasi bergerak dari media kepada orang-orang yang secara relatif banyak pengetahuannya. (well informed).
2.      informasi bergerak dari orang-orang itu melalui saluran antarpribadi (interpersonal channels) mereka yang kurang diterpa media dan banyak bergantung pada orang lain mengenai suatu informasi.
3.      Opinion Leader tidak hanya meneruskan informasi, tetapi juga interpretasi terhadap pesan komunikasi yang mereka terima.
Seorang pemuka pendapat (opinion leader) dalam berkomunikasi dengan media massa berperan penting dalam membantu pembentukan persepsi dan interpretasi khalayak sekitar dalam menanggapi pesan komunikasi massa yang mereka terpa.
2.        Teori Hubungan Sosial Pada Kehidupan Nyata.
          Contoh nyata yang bisa kita temui di kehidupan masyarakat adalah: masyarakat desa yang mengikuti apa yang dilakukan oleh sesepuh mereka, baik dari segi politik, cara bersosial, tanggapan terhadap rumor yang ramai dimedia massa, dan lain sebagainya. Lebih spesifiknya, kaum santri di Madura yang mengikuti apa-apa yang diperintahkan oleh opinion leader mereka, dalam hal ini, adalah kiai, maka tak jarang, ketika mendekati pemilu, para calon presiden bersilaturrahmi ke pesantren-pesantren, dan langsung menemui kiai untuk beramah-tamah, maksud utamanya adalah, untuk mendapatkan dukungan suara besar dengan hanya mendatangi satu atau beberapa orang saja.
          Ketika Opinion leader memiliki persepsi baik terhadap partai A, maka tanpa disuruhpun, khalayak sekitar mengikuti apa yang dipilih oleh Opinion Leader mereka, maka pesan media massa yang menerpa Opinion Leader lebih efektif daripada pesan yang sampai kepada khalayak.

  1. Cultural Norms Theory ( Teori Norma Budaya )
            Teori norma budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanan – penekanannya pada tema tertentu. Menciptakan kesan – kesan pada khalayak dimana norma – norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu, dibentuk dengan cara – cara tertentu. Oleh karena itu perilaku individual biasanya dipandu oleh norma – norma budaya mengenai suatu hal tertentu, maka media komunikasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku.
1.      Asumsi Teori ini:
      Media Masa melalui infrmasi yang disampaikannya dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan kesan yang oleh khalayak disesuaikan dengan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaannya.
2.      Contoh Penerapan:
      Acara Pertunjukan wayang golek yang ditampilkan di Tv sehingga telah memberi tempat pada budaya tersebut untuk di Apresiasi oleh masyarakat.

  1. Sosial Learning Theory ( Teori Belajar Secara Social )
            Teori belajar secara sosial yang ditampilkan oleh Albert Bandura ini mengkaji proses – proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Dia juga menyatakan bahwa social learning theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru, dan sahabat karib. Dalam belajar secara social langkah pertama adalah perhatian (attention) terhadap suatu peristiwa.[3]
1.      Penerapan teori:
            Terjadi ketika seorang anak mulai tertarik mengendarai sepeda dan dia mulai mengamati parapengendara sepeda yang sedang mengayuh sepedanya, da dia hanya tertarik pada proses pembelajarn sepeda bukan yang lain , sehingga suatu ketika ia diminta ayah nya untuk mengajrinya dan dia akan belajar sungguh-sungguh.
            Ketika si anak mulai berhasil maka disini tugas ayah memberikan reward untuk anak sebagai motivasi.



  1. SIMPULAN
            Media Massa sangat kuat pengaruhnya pada masyarakat sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu, efek komunikasi masa sangat melekat pada masyarakat sebagai akibat dari psikologis. Maka efek komunikasi massa menjadi tolak ukur dalam keberhasilan.
            Teori efek komunikasi massa ini berada satu sama lainnya namun ada hubungannya, dan masing-masing teori digunakan menurut kegunaanya atau pada pola prilaku khalayak, karena para ahli melihat dari sudut yang berbeda-beda


DAFTAR PUSTAKA
Wiranto. Teori Komunikasi Massa. (Jakarta : PT.Grasindo, 2000)
Dennis, McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1987)
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (jakarta: Rajawali Pers, 2007)
www.bagusboedhi.blogspot.on/2009/06/teori-teori-dalam-komunikasi-massa.html
www.syulhadi.wordpress.com/
www.agussetiman.wordpress.com2008/11/07/teori-efek-komunikasi-masa-dari-melvin




[1] Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (jakarta: Rajawali Pers, 2007), hal. 23
[2] Wiranto. Teori Komunikasi Massa. (Jakarta : PT.Grasindo), 2000 Hal. 56
[3] McQuail Dennis, Teori Komunikasi Massa: Suatu pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1987)hal. 97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar